welcome to SMP 3 Sragi

Selamat datang di blog SMP 3 Sragi

Blog ini kami tujukan bagi anda yang ingin mengakses informasi yang berkaitan dengan SMP 3 Sragi, meliputi informasi akademis, non akademis maupun informasi lainnya

Gunakan kesempatan ini untuk dapat berpartisipasi dalam membangun SMP 3 Sragi menuju ke sekolah yang lebih maju dan lebih berprestasi

Selamat bergabung bersama kami

Kamis, 29 Desember 2011

Sang Dewi
Margiati, S.Pd

Gema takbir, tahlil dan tahmid mulai berkumandang, bersahut-sahutan dari berbagai menara masjid yang kulewati. Sungguh membuatku bergetar menahan keharuan yang mengharu biru. Aku dan rombongan menepi, istirahat dan berbuka di daerah Sukamandi. Lirih kuucap puji syukur Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, Engkau izinkan aku menuntaskan kewajiban suci ini sebulan penuh.
“Minumnya, Wan” Yudi menyodorkan segelas minuman mineral padaku.
“Trims”, kutenggak tanpa sisa air putih di tanganku setelah sebelumnya kulantunkan doa berbuka.
“Nih, bikang kesukaanmu. Sikat semua boleh, Wan!” Tio melemparkan bungkusan putih dari dalam mobil. Entang mengapa aku kurang bergairah berbuka malam ini. Mungkin karena pikiranku sudah melayang jauh ke kampung halaman.
“Lagi nggak nafsu, nih.” Kuambil separo bikang itu, selebihnya kukembalikan pada Tio dan Agus yang sedang asyik berbuka di dalam mobil. “Aku keburu pingin sampai rumah, Men. Kangen gudeg dan tahu bacemnya Emak!”
Kudengar tiga kawanku tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku.
“Wan, wan … dan tujuh tahun di Bogor, Cuma tahu bacem aja yang ada di otak kamu!’Yudi meledekku.
“Irwan tuh bukan cuman kangen Ibunya, dia tuh keburu gak sabar pingin jumpa bininya, ya nggak?” Agus menyela. Ketiganya tertawa bareng.Aku Cuma tersenyum.
“Maklum dan hampir dua bulan gak ketemu. Eh, gimana ya jagoan kecilmu?” Yudi merangkul pundakku.
“              Aku tadi pagi sempat telepon Dewi. Mereka baik-baik saja”, jawabku seraya mengibaskan celana jeansku yang kotor oleh remah-remah rotiku. “Puas-puasin bukanya ya… Aku mau sholat maghrib dulu”, aku berjalan menuju mushola kecil di dekat rumah makan di depan kami.
Semburat merah jingga semakin samar dan akhirnya menghilang di ufuk barat, digantikan warna abu-abu kehitam-hitaman menandakan siang telah berlalu dan kini malam menjelang. Gema takbir pertanda bulan Syawal telah tiba terus bergema, begitu syahdu dan Agung terdengar di telingaku. Mudik lembaran. Rutinitas tahunan yang senantiasa kutunggu dan bahkan ditunggu-tunggu oleh ribuan atau puluhan ribu umat muslim perantauan seperti aku ini. Mudik lembaran tahun ini terasa lain bagiku. Bila enam kali mudik sebelumnya aku adalah seorang perjaka yang bebas dan tak terikat oleh waktu, maka mudik kali ini mungkin paling mendebarkan bagiku. Seorang jagoan kecil berumur empat puluh hari telah menunggu-nunggu aku, ayahnya. Seorang jagoan buah hatiku dengan Dewi, istriku tercinta yang kunikahi sepuluh bulan yang lalu. Dewi adalah seorang wanita keibuan yang berhati “Dewi”. Wajahnya tidak terlalu cantik, tetapi lumayan manis menurutku.
Seorang wanita yang rela menungguiku hingga larut malam karena tuntutan pekerjaanku sebagai seorang karyawan lapangan si sebuah perusahaan mobil. Wajahnya mungil, berkaca mata minus dan selalu berjilbab ke manapun dia pergi. Pribadinya sederhana dan nrimo. Sifat terakhirnya itulah yang menuntunku untuk menjatuhkan pilihanku padanya hingga kusingkirkan jauh-jauh nama Indah, Evi, dan sederet gadis cantik lainnya yang pernah singgah di hatiku. Aku tersenyum sendiri. Mungkin ingat petualanganku.  Rasa malu pada Tuhan membuatku semakin berusaha mendekat pada-Nya. Apalagi kehadiran Dewi dalam hidupku juga telah banyak mengubah hidupku.
Entah mengapa perjalanan mudikku kali ini terasa amat lama. Hati dan pikiranku sudah sampai di Bantul, tempat istri dan jagoan kecilku menunggu. Starlet yang kutumpangi berjalan merayap di antara ratusan mobil dan bus yang berderet panjang membentuk konvoi. Laju kendaraan tersendat-sendat, walaupun puncak arus mudik sebenarnya telah terjadi kemarin. Yudi yang berada di belakang kemudi menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala. Tubuhnya dihempaskan ke sandaran jok tempat dia duduk.
“Macet lagi nih, Wan. Bisa-bisa kita sampai Yogya jam satu siang, nih!”
“Sabar aja, Yud.  Habis mau gimana lagi!” seloroh Agus dari belakang.
“Yang penting ketemu gudeg dan tahu bacem lagi!” Seloroh Agus dari belakang. Kami semua tertawa. Kami berempat adalah teman sekantor. Diantara mereka, Yudilah yang paling akrab denganku. Dia sahabat kecilku di Magelang. Usia kami sama , dua puluh enam tahun. Bedanya, dia sudah menikah empat t  ahun yang lalu tetapi belum dikarunia momongan. Sedangkan aku alhamdulillah Allah segera mengaruniakan jagoan kecil padaku. Sebulan setelah kumenikah, Dewi hamil.
“Matikan AC-nya, Yud.Aku pingin menghirup udara malam, kangen aroma sawah, nih.”
“Okey, boss.Ingat ngobor kodok kita ya, Wan?”
“He he e… kamu tahu saja!” aku tertawa seraya memukulkan tinju ke lengan Yudi. Masa kecilku memang indah dan penuh kenangan manis. Aku san Yudi sering sekali tertawa terkekeh bila mengenangnya.
Kupencet tombol kaca jendela hingga terbuka separo lebih. Semilir angin malam segera menghempas wajahku. Dingin.Hem … aroma padi, deretan pohon akasia yang memagari jalan tampak kokoh bagai pagar raksasa. Mobil berjalan kembali. Kaca kubiarkan terbuka. Kulayangkan pandangan mataku ke hamparan sawah nan luas. Padi siap panen terhampar luas bagai permadani Pakistan ditimpali sinar lampu neon di sepanjang jalan. Di kejauhan tampak berkedip-kedip lampu-lampu neon perkampungan. Aroma padi membuatku semakin ingin segera sampai rumah.Rinduku pada Ibu, Bapak dan saudara-saudaraku rasanya tak tertahankan. Mungkin saat ini rumah orang tuaku di Magelang  sudah riuh rendah oleh celoteh keponakan-keponakanku, anak-anak dari kakak-kakakku yang sudah duluan sampai dirumah. Kalau saja tidak macet, mungkin aku sudah sampai Temanggung jam segini. Aku menggerutu dalam hati.Jam di pergelanganku sudah menunjuk angka dua lebih dua puluh menit.Pagi hampir menjelang. Sementara laju mobilku masih tetap dengan irama semula, merayap. Kami masih di Cirebon. Kulihat Agus dan Tio pulas di jok belakang. Sedangkan aku, sedikitpun tak bisa memicingkan mata. Entah mengapa aku tiba-tiba jadi gelisah. Sebentar-sebentar kulirik jam di pergelanganku. Mataku kembali kulayangkan ke luar. Rupa-rupanya kami sampai di pasar Cirebon. Deretan toko semua tertutup rapat. Tak ada aktivitas, kecuali beberapa tukang ojek yang bergerombol di beberapa sudut jalan, mengais rejeki dari pemudik yang akan menumpang motor ojeknya. Sedang apakah Dewi saat ini? Mungkinkah dia sudah bangun jam segini? Apakah dia lagi menyiapkan opor dan ketupat lembaran? Atau mungkin malah lagi berjuang mendiamkan tangis si kecil yang tiba-tiba bangun malam begini. Kuraih telepon genggamku di saku bajuku. Kupencet nomor nomor Dewi, tapi …uh! Mail box. Jam lima pagi kemarin sehabis sholat subuh aku sempat menelepon Dewi dari Bogor untuk mengabarkan kepulanganku.
“Mas Irwan jadi berangkat nanti sore?” suara Dewi terdengar manja. Kubayangkan dia sangat bahagia sewaktu menanyakan kepulanganku.
“Insya Allah, Wik. Aku nebeng mobil Tio. Kami berempat, Yudi yang akan pegang kemudi, gantian sama Agus apa aku nanti. Ntar berangkat jam empat sore. Tapi aku ke Magelang dulu, sungkem Ibu dan Bapak dulu. Rencananya, sorenya aku langsung ke Bantul.”
“Sebaiknya begitu, Mas. Yang penting Mas Irwan sungkem Ibu Bapak dulu di Magelang. Dewi menunggu di Bantul. Anu, Mas … “ Dewi menghentikan ucapannya.
“Ada apa, Wik? Mau pesan sesuatu?”
“Kalau Mas nggak keberatan tolong kereta bayi yang sudah kita beli sekalian dibawa ya. Aku agak capek gendhong Ardan akhir-akhir ini. Maksudku biar bisa gantian, Mas.” Suara Dewi terdengar lirih sehingga memaksaku menempelkan ponsel lekat-lekat di telingaku.
“Baiklah, Wik. Pesan apa lagi?” aku menggoda Dewi.
Senyap. Dewi tak segera menjawab pertanyaanku. Beberapa detik kemudian aku baru mendengar kembali suaranya yang lembut.
“Mas, ada sesuatu yang sudah kupersiapkan di almari kita, Bungkusan coklat, di rak paling atas. Itu adalah beberapa kerudung Dewi yang masih baru, juga beberapa potong baju muslim yang masih baru punya Dewi. Sempatkan untuk mengantar bungkusan itu ke Yayasan Yatim Piatu Permata hati ya,Mas. Pakaian dan kerudung-kerudung itu lebih mereka butuhkan. Mas bersedia?”suara dari seberang terdengar memohon. Aku tidak segera menjawab. Ada keharuan sekaligus kebanggaan menyelinap di dadaku. Istriku yang sholihah, dan dermawan.
“Gimana, Mas?’ suara pertanyaan Dewi mengagetkanku.
“Tentu saja,  Wik.Nanti mas sempatkan untuk kesana.” Suaraku bergetar menahan haru.”Bagaimana perkembangan Ardan,Wik? Apa makin mirip aku?” tanyaku kembali.
“Iya. Bahkan seperti foto kopi Mas Irwan. Berat badannya sudah bertambah dua ons lagi. Kami snagat merindukan Mas Irwan”,kembali nada suara Dewi terdengar lirih.
“Aku juga tak sabar ingin segera bertemu kalian, tunggu aku ya…” sekali lagi suasana hening.Dewi tidak segera menjawabnya. “Hello, .. Dewi? Aku memastikan bahwa Dewi masih mendengarkan aku.
“Eh, iya,mas. Tentu saja. Kami menunggu Mas Irwan. Berhati-hatilah di perjalanan. Tidak usah terburu-buru. Semoga Allah memberi kekuatan pada Mas.”
“Baiklah,Wik. Sudah dulu ya. Ciumkan Ardhan untukku. Assalamualaikum ,” aku menutup percakapanku pagi dengan Dewi pagi itu.  Kata-kata Dewi kemarin pagi masih terngiang jelas di telingaku. Sampai jam empat sore tadi aku masih sempat berkirim sms padanya. Kupandangi gambar Dewi di layar telepon genggamku. Berkerudung putih, berbaju hitam bergaris putih vertikal. Tampak cantik dan anggun. Wanita yang kuat dan tabah. Betapa tidak, cobaan emi cobaan melanda kehidupan kami. Satu setengah tahun yang lalu, sewaktu orang tuaku melamar Dewi untukku, rumah orang tuanya di Bantul masih utuh. Dua tahun kemudian ketika kami datang kembali untuk memusyawarahkan hari pernikahan, rumah joglo itu telah berubah menjadi puing-puing yang nyaris rata dengan tanah, tersipu gempa tektonik yang melanda wilayah Yogya dan sekitarnya beberapa bulan sebelumnya. Sungguh memilukan. Akhirnya tepat pada tanggal dua puluh enam Desember, sepuluh bulan yang lalu resmi kunikahi Dewi.  Seminggu setelah menikah, Dewi kuboyong ke Bogor. Kami menempati sebuah rumah kontrakan di daerah Warung Jambu, dekat dengan perusahaan tempatku bekerja.  Terpaksa aku menyuruhnya berhenti bekerja di sebuah kantor swasta di Jakarta, karena jarak yang cukup jauh. Aku bahagia dan menikmati kehidupan baruku. Aku juga merasakan alangkah besar dan tulisnya cinta Dewi padaku. Pendek kata, Dewi telah mampu menorehkan warna yang indah dalam hidupku. Dewi hamil. Akan tetapi, semenjak usia kandungannya menginjak tujuh bulan dia harus keluar masuk rumah sakit untuk opname sebanyak lima kali. Tabunganku banyak terkuras untuk biaya rumah sakit. Aku sangat mencemaskan nasib anak dan istriku. Tetapi semua kupasrahkan pada Allah. Siang malam tak berhenti aku berdoa untuk keselamatan mereka. Alhamdulillah Tuhan mengabulkan doaku hingga akhirnya Dewi melahirkan jagoan kecilku di Bantul, di rumah kedua orng tuanya.
Dering telepon genggam di tanganku mengagetkan lamunanku. Kubuka sebuah pesan singkat, yang ternyata dari mbak Widi, kakak perempuanku.
KAMU DAH NYAMPAI MANA, WAN? SEBAIKNYA KAMU GAK USAH MAMPIR MAGELANGLANGSUNG AJA KE BANTUL. ISTRIMU AGAK TIDAK ENAK BADAN.
Begegas kupencet tombol hijau untuk menghubungi mabk Widi. Tapi yang terdengar bunyi tulalit dn suara operator yang minta meninggalkan pesan. Dengan gugup kupencet tombol ponsel untuk menghubungi Dewi, tapi sialan! Masih juga Mail box. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Berbagai pertanyaan mengusikku. Parahkan sakit Dewi. Apa dia harus opname lagi? Ya tuhan, di hari lembaran begini, apa ada dokter buka?.
Semoga dia hanya masuk angin biasa. Aku mencoba menenangkan diri. Kulihat kembali jam tanganku.  Pukul empat pagi. Hampir subuh.
“SMS dari siapa, Wan?” Yudi mengankap kegelisahanku.
“Mbak Widi. Katanya Dewi agak tidak enak badan, jadi aku langsung ke Bantul  saja”.
“Tak masalah. Kami antar kamu sampai rumah istrimu, Wan.” Terdengar serak suara Tio dari jok belakang. Rupanya dia mendengar percakapan kami.
“Sudah kau hubungi ponselistrimu,Wan?” Yudi kembali bertanya.
“Belum sejak malam tadi HPnya dimatikan.
Mudikku kali ini benar-benar meleset dari rencana semula. Itu semua gara-gara jalanan macet. Sholat Idul Fitri kami laksanakan di lapangan Temanggung. Ada kemasygulan yang menyesak di dada sewaktu kulantunkan takbir, tahlil, dan tahmid di pagi yang fitri itu. Bayangan wajah Bapak.Ibu, Dewi dan Ardan jagoan kecilku silih berganti membayang di pelupuk mataku. Dua butir cairan bening menetes di pipiku sewaktu kulantunkan doa untuk keselamatan mereka.
Usai sholat Ied kami bergegas menuju ke mobil kembali. Ribuan muslim yang memenuhi lapangan tadi bergerak meninggalkan lapangan menuju rumahnya masing-masing. Kulihat Yudi sedang menerima telepon dari seseorang. Aku tidak terlalu mendengar percakapannya karena aku segera masuk dan duduk di jok depan. Kulihat wajah Yudi yang memucat. Kupikir dia kelelahan pagi ini. Tiba-tiba Yudi memandangku lekat-lekat. Kulihat ada air mata di pelupuk matanya. Aku semakin tak mengerti ketika tiba-tiba Yudi mengucapkan istighfar dan memelukku erat-erat, sangat erat.
“Kamu harus kuat dan sabar ya, Wan” tersendat suara Yudi di pundakku. Pelukannya semakin erat di tubuhku. Tio dan Agus pun hanya bisa diam sambil memegang erat tanganku. Hatiku semakin tak menentu karena Yudi tidak mengucapkan apa-apa lagi. Dia melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meliuk-liuk di jalanan Magelang menuju Yogya nyaris tanpa kata-kata. Aku semakin yakin telah terjadi sesuatu yang cukup serius pada keluargaku.
Ada desiran-desiran aneh sewaktu kami memasuki kota Bantul. Yudi memperlambat laju mobilnya ketika kami sudah masuk perkampungan tempat istriku tinggal.  Sesampai di mulut gang aku terpana sewaktumelihat sebuah bendera kecil warna putih terpasang. Kegundahan hatiku tak terbendung lagi. Puluhan atau malah mungkin ratusan orang duduk-duduk di kursi-kursi plastik yang terpasang rapi di teras dan halaman rumah mertuaku, di bawah naungan tenda plastik warna coklat.
Persendian tubuhku lemas seketika. Aku sudah tahu apa yang terjadi walaupun aku tidak mempercayainya. Yudi bergegas membukakan pintu mobil untukku. Semua orang berdiri sewaktu aku keluar dari mobil. Serta merta mas Galih, kakak iparku dan mas Ilham kakak kandungku menyambut dan memelukku dengan erat. Tangis kami meledak.
“Dewi telah pergi jam satu malam tadi. Ikhlaskan dia, dik Irwan”, lirih suara mas Galih di sela isak tangis kami. Lemaslah seluruh persendian tubuhku. Kedua kaki kokohku seolah tak mampu lagi menyangga tubuhku. Pandangan mataku mengabur. Antara sadar dan tidak mulutku berulang-ulang mengucap istighfar. Namun tiba-tiba semua di depanku menjadi gumpalan-gumpalan abu-abu yang terus menghitam dan gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Hitam, pekat.



Jumbara VIII SMP 3 Sragi

Regu PMR SMP 3 Sragi telah mengikuti kegiatan Jumbara VIII PMI Kabupaten Pekalongan yang dilaksanakan pada tanggal 15-18 Desember dan bertempat di Bumi Perkemahan Linggo Asri. Regu PMR SMP 3 Sragi mendapatkan juara untuk kategori C. Hal ini merupakan suatu prestasi yang cukup membanggakan bagi SMP 3 Sragi.
SMP 3 Sragi .... Jaya!

Para Pembina Pendamping

Foto bareng dulu ah..

Pembukaan Jumbara VIII PMI Kabupaten Pekalongan tahun 201

Upacara pembukaan Jumbara VIII PMI Kabupaten Pekalongan tahun 2011


Santai di depan tenda

Persiapan lomba pembuatan souvenir

Trio Kwek Kwek Kwek dari SMP 3 Sragi

Siap-siap menuju bumi perkemahan Linggo Asri

Pembekalan Oleh Kesiswaan, Ibu Dhevi Wulansari, S.Pd

Penyerahan tropi juara Jumbar VIII PMI Kabupaten Pekalongan tahun 2011

Memaknai Datangnya Tahun Baru

Tahun Baru selayaknya menjadi awal dari sesuatu yang baru dalam diri kita.Sesuatu yang baru dan sesuatu yang tentunya mampu membuat diri kita lebih baik dari sebelumnya. Marilah kita renungkan semua hal yang ada dalam diri kita selama satu tahun sebelumnya. Satu tahun yang wajib kita renungkan dan bisa kita perbaiki di tahun yang akan datang. 

Jika pada tahun lalu kita tidak pernah menghargai waktu, tahun baru adalah saat yang tepat untuk memperbaiki diri kita agar lebih disiplin dan lebih menghargai waktu yang ada karena waktu adalah sesuatu yang tidak mungkin kita dapatkan kembali jika kita telah melewatinya. Seandainya tahun lalu kita kurang menghargai diri sendiri, sudah waktunya bagi kita untuk memperbaiki diri, baik penampilan, tingkah laku, sopan santun dan sebagainya sehingga kita mampu menampilkan diri kita yang mempunyai kualitas pribadi yang bisa kita banggakan di depan orang lain.


Tahun baru setidaknya mampu memberikan semangat baru dalam kehidupan kita. Semangat baru membuat kehidupan senantiasa indah. Mulailah hari ini dengan semangat yang baru, semangat yang mampu menjadikan kita mampu untuk mengubah dunia, mampu menatap hari dengan lebih optimis dan rasional. Apa yang membuat seseorang menjadi pemenang atau pecundang? Yang membedakan adalah semangat. Seorang pemenang mempunyai kemampuan dan semangat yang lebih besar untuk dapat memberikan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.

Tahun baru haruslah membawa sesuatu yang baru dalam diri kita. Sesuatu yang baru yang berakar pada hasil yang telah kita dapatkan pada tahun sebelumnya. Tahun baru merupakan waktu untuk memperbarui prestasi kita, meng-upgrade kreatifitas kita, mengembangkan kemampuan kita, menebalkan percaya diri kita serta melebarkan pandangan kita tentang inti dari kehidupan kita di dunia. 

Mari kita awali tahun baru dengan berdo'a kepada Allah SWT. Kita bermunajat kepada Allah SWT agar di tahun baru ini, Allah SWT senantiasa menebalkan keimanan kita, memperluas pengetahuan kita serta memberikan hal-hal yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Yakinkan diri kita bahwa tahun baru ini harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Happy New Year...... Selamat Tahun Baru..... Wish it be our best......

Rabu, 28 Desember 2011

True Story of Me

Suatu hari, seorang anak dari keluarga sederhana bergegas pergi ke sekolah. Di saat anak-anak lain masih bersiap-siap untuk sarapan, dia sudah mengayuh sepeda menuju sekolahnya. Tidak ada yang istimewa dari anak ini. Dia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru SD dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Sepeda yang digunakan juga sepeda BMX lama yang dibeli sewaktu kelas 3 SD. 

Sesampainya di sekolah, suasana masih terlihat lengang. Belum banyak siswa yang berangkat. Bergegas ia meletakkan tas di kelas dan langsung menuju kantor TU untuk mengambil kapur dan keperluan kelas lainnya. Tidak lupa ia mengambil air di ember untuk diletakkan di kelasnya.

Pelajaran pun di mulai. Jam pertama hari ini adalah pelajaran bahasa inggris. Pelajaran ini merupakan pelajaran yang disukai oleh anak tadi. Dia persiapkan semua buku bahasa inggris yang diperlukan. Tidak berapa lama guru  bahasa inggris pun memasuki kelas. Setelah membuka pertemuan, guru kemudian mengecek PR yang diberikan hari sebelumnya. Satu persatu anak disuruh mengerjakan PR tersebut di depan kelas. Anak ini juga disuruh mengerjakan PR di depan. Tetapi semua jawaban PR yang dikerjakan tidak ada yang betul satupun. Apa yang terjadi? Anak ini dihukum untuk berdiri selama 2 jam pelajaran bahasa inggris tersebut.

Kejadian tersebut berulang setiap kali ada pelajaran bahasa inggris. Anak tersebut selalu salah dalam mengerjakan  tugas. Walaupun pelajaran bahasa inggris merupakan pelajaran yang dia sukai tetapi mengapa dia tidak bisa mengerjakan tugas bahasa inggris? Pertanyaan tersebut selalu mengganggu pikiran anak tersebut.

Dalam pikirannya, anak ini selalu bertanya pada diri sendiri, "aku sudah berusaha untuk disiplin, berangkat pagi dan mengerjakan tugas guru, tetapi kenapa tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan beliau, apa yang salah pada diriku?" Pertanyaan-pertanyaan ini yang selalu mengganggu pikirannya.

Seperti biasa, anak ini berangkat ke sekolah pagi-pagi dan seperti biasa, mengerjakan  tugas kelas sehari-hari. Tidak ada perasaan bosan untuk berangkat pagi. Tidak ada perasaan lelah dengan rutinitas ini. Semua kegiatan ini seakan sudah menjadi rutinitas alami yang tidak perlu disuruh lagi.

Hari ini adalah ulangan bahasa inggris. Anak ini sudah merasa bahwa  ia akan tidak bisa mengerjakan soal ulangan nanti. Kertas ulangan sudah disiapkan, dan guru bersiap untuk memberikan soal. Sewaktu guru sedang menulis soal di papan  tulis, anak ini membuka buku catatan untuk mempelajari materi selagi ada kesempatan. Apa yang terjadi? Anak ini seakan-akan mendapatkan pencerahan. Materi pelajaran bahasa inggris yang dia baca dalam waktu yang sangat singkat tersebut telah dia pahami dengan begitu cepat. Segera buku itu ditutup kemudian mengerjakan soal yang telah diberikan.

Keesokan harinya ketika pelajaran bahasa inggris berlangsung, guru membagikan hasil ulangan kemarin. Sesuatu di luar dugaaan anak tersebut terjadi, dia mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya. Semua siswa memandang heran. Dalam benak mereka bertanya, "kok bisa seorang siswa yang setiap kali pelajaran bahasa inggris pasti dihukum, sekarang menjadi anak dengan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa inggris?"

Kejadian serupa berulang kali terjadi, anak ini selalu meraih nilai tertinggi setiap ulangan  bahasa inggris dan tugas-tugas yang diberikan guru juga dikerjakan dengan baik dan sempurna. Guru pun bertanya kepada anak ini, "nak, apa yang membuat dirimu begitu mudah mencapai nilai bagus dalam pelajaran saya, sedangkan siswa lain tidak mengalami perkembangan sepesat kamu?"
Anak ini menjawab dengan lugu," saya sudah menyukai pelajaran bahasa inggris sejak saya SD pak"
Guru itu bertanya kembali, "tetapi kenapa nilai awalmu begitu jelek?" Anak ini menjawab, "karena saya belum menemukan kunci dari belajar bahasa inggris dan kunci tersebut saya dapatkan ketika belajar menjelang ulangan semester I kemarin"
Guru bertanya kembali," kunci apa yang kamu maksud?" Anak tersebut menjawab,"belajar dengan memahami dan kunci untuk memahami dengan disiplin belajar"

Selasa, 27 Desember 2011

Kepuasan, Buah Kerja Keras Kita

     Alkisah, usai sholat subuh Sang Raja memanggil 3 rakyatnya untuk menghadap dan mendapat tugas mengumpulkan buah-buahan dan dimasukkan dalam sebuah karung. Karung itu harus terisi penuh dan ketiganya diberi waktu sampai maghrib.
     Mendapati perintah raja seperti itu, ketiganya langsung meninggalkan istana untuk secepat mungkin menjalankan perintah raja. Orang pertama, menjalankan tugas tanpa tendensi apapun. Ia hanya ingin melaksanakan titah raja dengan sebaik-baiknya dan bermaksud menyenangkan hati raja. Ia pun  masuk dalam hutan untuk mencari buah-buahan yang enak dan segar. Meski terkadang harus melewati hadangan binatang buas, ia tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mencari buah terbaik. Berbagai rintangan ia lalui, termasuk sekelompok monyet ganas yang suka menyerang manusia, sehingga tubuhnya pun sampai terluka. Akhirnya ia berhasil mengumpulkan buah-buahan segar terlezat  penuh satu karung sesuai perintah raja.
     Sementara orang kedua yang memiliki pemikiran serba instan mencari buah-buahan secara asal-asalan dan tidak pernah memikirkan apakah Sang Raja suka atau tidak. Dia hanya berpikir yang penting karung terisi penuh, yang berarti tugas bisa diselesaikan. Berdasar pikiran tersebut orang kedua ini dengan cepat bisa menyelesaikan tugasnya, meski buah masih terlalu muda dan belum matang ia petik dan dimasukkan dalam karung. Tak butuh waktu lama orang kedua ini bisa mengerjakan tugasnya. Sedangkan, orang yang ketiga mempunyai pikiran licik, dia mengisi separuh karungnya dengan rumput dan tanah. Sedangkan setengahnya diisi dengan buah-buahan yang busuk dan sisanya masih terlalu hijau atau belum layak dimakan. Dalam sekejap tentunya dia bisa menyelesaikan pekerjaan itu.
     Batas waktu yang diberikan untuk ketiganya pun habis. Sehabis maghrib ketiganya menghadap Sang Raja, dan melaporkan hasil kerja kerasnya sepanjang hari. Raja bangga dengan kerja ketiga rakyatnya dan menyuruh pegawainya untuk segera memberikan hadiah berupa menginap 3 hari 3 malam dalam istana yang megah. Praktis, ketiga rakyat itu menyambutnya dengan suka cita. Namun sebelum mereka melangkah kedalam 3 buah kamar mewah yang sudah disediakan, Sang Raja menyampaikan bahwa sebelum dan setelah jamuan makan selama 3 hari itu,  ketiga rakyat tersebut harus memakan apa yang ada didalam karung masing-masing.
     Begitu mendengar penjelasan rajanya, terbayang sudah apa yang akan terjadi. Orang pertama tentunya bahagia, karena dia membawa buah-buahan segar. Sedangkan orang kedua pucat, mengingat dia membawa buah-buahan yang pahit dan masih mentah, sementara orang ketiga langsung pingsan karena sock. Dia tidak bisa membayangkan harus makan tanah dan rumput.
Petik Pelajaran
     Kisah ini hanyalah cerita fiktif. Namun dari cerita ini diharapkan ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Bahwa kepuasan itu adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan dengan maksimal, dengan kejujuran dan keikhlasan dalam mengerjakannya. Sessungguhnya kepuasan itu adalah buah dari kerja keras kita yang diberikan oleh Allah sebagai hadiah (baca: pahala) untuk orang yang mau bersungguh-sungguh dalam berkarya.

sumber: Kospin Jasa dengan redaksi yang berbeda. oleh Mukhlis

UN 2012

Kisi Kisi Ujian Nasional 2012


Kisi Kisi Ujian Nasional 2012
Kisi-kisi ujian nasional 2012 (UN 2012)juga sudah ditetapkan BSNP bersamaan dengan POS UN 2012 dan Jadwal Ujian Nasional tahun 2012. Kisi-kisi Soal Ujian Nasional 2012 disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seperti yang telah diatur pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jika kisi-kisi soal UN 2012 berdasarkan SK dan KD yang ada pada silabus dan RPP, seharusnya para guru tidak perlu khawatir karena secara pasti setiap Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar akan diajarkan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun setiap Ujian Nasional datang, kekhawatiran pendidik selalu saja berlebihan.

Jadwal Ujian Nasional 2012

Saya ulangi sekali lagi, inilah jadwal Ujian Nasional 2012 yang akan dilaksanakan mulai April 2012. Waktu yang relatif singkat untuk mempersiapkan anak didik kita agar siap dari segala sisi.
No.Jenjang PendidikanUjian UtamaUjian SusulanPenentuan Kelulusan
1SMA/MA dan SMK16 – 19 April 201223 – 26 April 201224 Mei 2012
2SMP/MTs dan SMPLB23 – 26 April 201230 April – 4 Mei 201202 Juni 2012
3SD/MI dan SDLB07 – 09 Mei 201214 – 16 Mei 2912Kewenangan Provinsi

Kisi-kisi Soal Ujian Nasional 2012

A. SMP/MTs
  1. Bahasa Indonesia SMP/MTs
  2. Bahasa Inggris SMP/MTs
  3. Matematika SMP/MTs
  4. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs
B. SMPLB
  1. Bahasa Indonesia SMPLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  2. Bahasa Indonesia SMPLB – B (Tunarungu)
  3. Bahasa Inggris SMPLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  4. Bahasa Inggris SMPLB – B (Tunarungu)
  5. Matematika SMPLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  6. Matematika SMPLB – B (Tunarungu)
  7. Ilmu Pengetahuan Alam SMPLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  8. Ilmu Pengetahuan Alam SMPLB – B (Tunarungu)
C. SMA/MA
  1. Bahasa Indonesia SMA/MA (Program Bahasa)
  2. Bahasa Indonesia SMA/MA (Program IPA/IPS)
  3. Sastra Indonesia SMA/MA (Program BAHASA)
  4. Bahasa Inggris SMA/MA (Program IPA/IPS/Bahasa/Keagamaan)
  5. Bahasa Arab SMA/MA (Program Bahasa)
  6. Bahasa Jepang SMA/MA (Program Bahasa)
  7. Bahasa Jerman SMA/MA (Program Bahasa)
  8. Bahasa Prancis SMA/MA (Program Bahasa)
  9. Bahasa Mandarin SMA/MA (Program Bahasa)
  10. Matematika SMA/MA (Program IPA)
  11. Matematika SMA/MA (Program IPS/Keagamaan)
  12. Matematika SMA/MA (Program Bahasa)
  13. Fisika SMA/MA (Program IPA)
  14. Kimia SMA/MA (Program IPA)
  15. Biologi SMA/MA (Program IPA)
  16. Ekonomi SMA/MA (Program IPS)
  17. Sosiologi SMA/MA (Program IPS)
  18. Geografi SMA/MA (Program IPS)
  19. Antropologi SMA/MA (Program Bahasa)
  20. TAFSIR MA (Program Keagamaan)
  21. Hadist MA (Program Keagamaan)
  22. Fikih MA (Program Keagamaan)
D. SMALB
  1. Bahasa Indonesia SMALB – A, D, Dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  2. Bahasa Indonesia SMALB – B (Tunarungu)
  3. Bahasa Inggris SMALB – A, D, Dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  4. Bahasa Inggris SMALB – B (Tunarungu)
  5. Matematika SMALB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  6. Matematika SMALB – B (Tunarungu)
E. SMK
  1. Bahasa Indonesia SMK
  2. Bahasa Inggris SMK
  3. Matematika SMK (Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian)
  4. Matematika SMK (Kelompok Akuntansi dan Pemasaran)
  5. Matematika SMK (Kelompok Pariwisata, Seni, dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Adm. Perkantoran)
F. SD/MI
  1. Bahasa Indonesia SD/MI
  2. Matematika SD/MI
  3. Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI
G. SDLB
  1. Bahasa Indonesia SDLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  2. Bahasa Indonesia SDLB – B (Tunarungu)
  3. Matematika SDLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  4. Matematika SDLB – B (Tunarungu)
  5. Ilmu Pengetahuan Alam SDLB – A, D, dan E (Tunanetra, Tuna Daksa Ringan, dan Tuna Laras)
  6. Ilmu Pengetahuan AlaM SDLB – B (Tunarungu)

Kamis, 08 Desember 2011

Keren...Mulai 2012 'Hotspot' Gratis Tersedia di Seluruh Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pemerintah Kota Yogyakarta berencana memberikan layanan hotspot untuk masyarakat di seluruh kelurahan mulai 2012, khususnya pada malam hari dengan memanfaatkan bandwidth  yang dimiliki pemerintah.
"Kami memiliki bandwidth yang cukup besar dan itu hanya dimanfaatkan saat jam kerja saja, sehingga kami pun berencana untuk memperluas pemanfaatannya hingga ke masyarakat di seluruh kelurahan saat malam hari," kata Kepala Bagian Teknologi Informasi dan Telematika Pemerintah Kota Yogyakarta Sukadarisman di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, warga masyarakat di tiap kelurahan akan dapat memanfaatkan hotspot di lokasi-lokasi tertentu mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB.
Sebelum memperluas jaringan hotspot di seluruh kelurahan, pemerintah akan melakukan uji coba layanan tersebut di lima kelurahan, meskipun hingga saat ini pemerintah belum dapat memutuskan kelima kelurahan yang akan menjalani uji coba.
"Kami masih terus melakukan sampling untuk menentukan lima kelurahan yang akan menjalani uji coba hotspot. Tahun depan, sudah akan dilakukan uji coba," katanya.
Sukadarisman mengatakan, tidak akan ada kendala infrastruktur untuk bisa melaksanakan program tersebut karena selama ini, seluruh kantor kelurahan di Kota Yogyakarta juga sudah dilengkapi dengan hotspot.