welcome to SMP 3 Sragi

Selamat datang di blog SMP 3 Sragi

Blog ini kami tujukan bagi anda yang ingin mengakses informasi yang berkaitan dengan SMP 3 Sragi, meliputi informasi akademis, non akademis maupun informasi lainnya

Gunakan kesempatan ini untuk dapat berpartisipasi dalam membangun SMP 3 Sragi menuju ke sekolah yang lebih maju dan lebih berprestasi

Selamat bergabung bersama kami

Jumat, 31 Mei 2013

PENGUMUMAN PENDAFTARAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU 2013/2014

Pemerintah Kabupaten Pekalongan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
SMP 3 Sragi
Jln. Bulaksari - Kec. Sragi - Kabupaten PEkalongan 51155 telp. (02850 7908795

PENGUMUMAN
No : 422.1 / 351 / 2013
 
 SMP 3 Sragi pada tahun pelajaran 2013/2014 menerima pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan ketentuan sebagai berikut :
A. SYARAT PENDAFTARAN
     1. Telah lulus dan memiliki ijazah SD / MI / SLB / Program Paket A
     2. Telah lulus dan memiliki SKHUN / STL Program Paket A
     3. Berusia setinggi-tingginya 18 tahun pada tanggal 15 Juli 2013
     4. Bagi siswa penerima BSM supaya melampirkan foto copy kartu BSM

B. CARA MENDAFTAR
     Calon pendaftar datang sendiri dengan membawa :
     1. Foto copy ijazah SD / MI / SLB / Program Paket A yang telah dilegalisir ( 1 lembar)
     2. SKHUN SD / MI asli atau Surat keterangan dari Sekolah
     3. Foto copy Akta Kelahiran / Surat Keterangan Lahir (1 lembar)
     4. Pas photo 3 x 4 ( 5 lembar)
     5. Foto copy sertifikat, Piagam Penghargaan Kejuaraan yang akan diperhitungkan sebagai Bonus   
         Nilai Prestasi (bagi yang memiliki)
     6. Foto copy Kartu Keluarga ( 1 lembar)
     7. Foto copy NISN ( 1 lembar)

C. WAKTU PENDAFTARAN
     Pendaftaran dilaksanakan pada :
     Tanggal        : 17 - 20 Juni 2013
     Waktu          :  08.00 - 12.00
     Tempat        :  SMP 3 Sragi Kabupaten Pekalongan

D. SELEKSI 
     SMP 3 Sragi akan menerima sejumlah 5 rombongan belajar ( 180 siswa), apabila pendaftar 
     melebihi kapasitas akan diadakan seleksi berdasarkan jumlah nilai.

     RUMUS PERHITUNGAN NILAI = A + B
     A = Jumlah Nilai UN
     B = Bonus Prestasi yang pernah diperoleh
 
E. PENGUMUMAN
     Tanggal     : 24 Juni 2013
     Waktu        : 08.00
     Tempat      : SMP 3 Sragi kabupaten Pekalongan

F. DAFTAR ULANG
    Tanggal     : 25 s.d 27 Juni 2013
    Waktu        : 08.00 s.d. 11.00 WIB
    Tempat      : SMP 3 Sragi kabupaten Pekalongan

G. LAIN-LAIN
     1. Pendaftaran GRATIS (tidak dipungut biaya)
     2. Bagi pendaftar yang diterima dan menduduki peringkat 20 besar akan mendapat 1 (satu) stel
         bahan seragam Pramuka, dan semua pendaftar yang diterima akan mendapat kenang-kenangan
         (souvenir) dari SMP 3 Sragi.
     3. Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan kepada Panitia PPDB pada saat mendaftar di SMP 3 
         Sragi.


                                                                                                       Sragi, 18 Mei 2013
                                                                                                       Kepala Sekolah


                                                                                                       Tri Wulin Permatasari, S.Pd, M.Pd
                                                                                                       NIP. 19670808 198902 2 002

Kamis, 16 Mei 2013





Saudaraku, Inspirasiku
 windriani budiningsih 8d

          Dilihat arloji ditangan kirinya, ternyata sudah pukul 15.50 Aryani menunggu ditempat itu. Ditunggu-tunggunya kedatangan Tiara, tetapi sudah satu jam lamanya tiara tak kunjung dating juga. Sebenarnya Aryani sudah ingin pergi dari tempat itu, karena sudah terlalu lama menunggu dan ia menjadi sangat bosan, tetapi Aryani juga bingung dan khawatir jika Aryani pergi dari tempat itu. Nanti bagaimana dengan Tiara, jika Tiara mencari-cari dirinya. Karena Tiara baru saja dating ke Jakarta dan belum tau seluk-beluk kota Jakarta. Tiara adalah siswa kelas 1 SMA disalah satu SMA di Pekalongan. Waktu Aryani sedang menunggu Tiara, tiba-tiba datang seorang laki-laki berjaket hitam dan bercelana hitam panjang dengan memakai topi. Jika dilihat dari usianya sih 20 tahun ke atas. Kemudian laki-laki itu duduk disamping Aryani, senyum manis mengembang dari bibirnya. Dikeluarkan satu bungkus roti dari tasnya kemudian ditawarkan kepada Aryani.
          “Apakah Adik ingin roti ini?”, Tanya laki-laki itu pada Aryani.
          “Oh tidak, terima kasih.”, Balas Aryani.
          Lelaki itu pun segera memasukan kembali rotinya kedalam tas. Mungkin karena dia merasa malu atau tidak enak jika dia yang memakan rotinya sendirian. Suasana hening tercipta ditempat itu. Tak lama kemudian, lelaki itu mengajak berbicara dengan Aryani. Sebenarnya Aryani merasa canggung dan sangat bingung, karena ia tidak terbiasa berbicara dengan orang yang belum ia kenal. Jika Aryani tak menjawab dikira ia cewek yang sombong. Akhirnya, ia pun menjawab ala kadarnya saja. Setelah sekain lama akhirnya Aryani beranjak pergi dari tempat itu, biar saja nanti Aryani yang memberikan alamat rumahnya kepada Tiara melalui telepon. Dengan rasa hormat Aryani kepada lelaki itu, ia pun memohon diri untuk pergi.
          “Mari, saya tinggal terlebih dahulu.”, Ujar Aryani.
          “Oh iya, apa perlu saya antar?”, Tanya lelaki itu.
          “Oh tidak, terima kasih.”, Jawab Aryani.
          Aryani pun cepat-cepat bergagas dari tempat itu dan meninggalkan lelaki itu disana. Baru 5 langkah ia beranjak dari tempat itu, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil dirinya. Aryani pun berfikir, perasaan tidak ada seorang pun disana kecuali lelaki itu. Tetapi, lelaki itu juga belum tau tentang dirinya dan namanya. Ia pun segera menengok ke belakang, dari mana sumber suara itu berasal. Tak disangka ternyata orang itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya selama satu jam penuh in, Ia adalah Tiara.
          ‘Mbak Yani!” teriak Tiara
          “Hai Tiara!!! Bagaimana kabar kamu. Mbak sudah menunggumu di tempat ini sudah satu jam lamanya. Tidak terjadi apa-apa kan dengan kamu. Kenapa kamu tidak member kabar sama mbak?” Tanya Aryani cemas.
          “Alhamdulillah baik, mbak. Maaf Tiara tidak bisa memberi kabar sama mbak. Karena HP Tiara mati dan selama diperjalanan ada sedikat gangguan dengan bus yang Tiara naiki.” jawab Tiara.
          “Syukurlah, tidak terjadi apa-apa dengan kamu. Mbak lihat kamu sangat lelah. Bagaimana kalau kita bicarakan sesampainya di rumah nanti saja.” Ujar Aryani.
          “Baik mbak.”
          Sehabis salat isya’ Aryani dan Tiara berkumpul di ruang tengah. Mereka berdua saling berbagi cerita satu sama lain. Tiara adalah anak dari buleknya Aryani. Tiara datang ke Jakarta karena disuruh oleh ibu dan ayah Aryani untuk  menemani Aryani di rumah. Karena, ibu dan ayah Aryani sedang menjenguk nenek Aryani yang sedang  sakit, ditambah lagi dengan mas Nino yang sedang melaksanakan tugas bersama teman-tamannya untuk berpetualang. Tiara pu terpaksa untuk meminta izin kepada sekolah untuk tidak berangkat sekolah selama tiga hari. Hanya bulek Marni lah saudara yang ibu punya, jika terjadi apa-apa hanya minta bantuan sama bulek Marni. Kebetulan bulek Marni punya anak perempuan yang seusia dengan Aryani, ia adalah Tiara. Aryani dan Tiara hanya berbeda satu setengah tahun. Sebenarnya bulek Marni punya dua orang anak, mereka adalah Tiara dan Angga. Angga adalah adik laki-laki Tiara. Tiba-tiba Aryani melontarkan pertanyaan kepada Tiara.
          “Ra, kenapa sih kamu mau memakai jilbab seperti itu?” Tanya Aryani.
          “Mbak, bukankah bagi wanita muslimah yang sudah balig itu diwajibkan untuk memakai jilbab dan bukankah yan diwajibkan itu harus dilaksanakan dan jika dilanggar itu berdosa? Mbak, wanita yang memakai jilbab itu wanita yang mulia dan lebih dipandang terhormat. Apa mbak tidak ingin dibilang wanita yang terhormat? Mbak itu sudah cantik, pintar, dan baik, sayang sekali kulau mbak tidak memakai jilbab.
          “Nih ya, mbak. Jika mbak disuruh memilih diantara dua roti. Roti yang satu dijual dipinggir jalan dan roti itu tidak dibungkus dengan wadah yang bagus, sudah terkena debu bahkan kotoran yang tercemar. Mungkin juga sudah pernah dipilih-pilih oleh pembeli sebelumnya, tidak dijamin kebersihan dan kualitasnya dan harganya pun sangatlah murah. Coba dibandingkan dengan roti yang satunya lagi, berada ditoko yang mewah, dibungkus dengan wadah yang sangat bagus, belum pernah ada yang memilih-milih roti itu karena dijamin kualitas dan kebersihannya dan satu lagi harganya tak murah, harganya sangatlah mahal, tak sembarang orang bisa membeli roti itu hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya. Nah mbak pilih yang mana? Pasti mbak pilih roti yang kedua bukan?. . .
          “Itulah mbak, cara agama islam memperlakukan kaum wanita dan hanya itu saja yang bisa Tiara jelaskan. Mengenai ini mbak bisa tanyakan langsung kepada orang yang lebih mengetahuinya.”
          “Tapi bukankah orang yang sudah memakai jilbab itu orang yang sudah mendapat hidayah  dari Allah.?” Lanjut Aryani
          “Oleh karena itu, mbak harus berdo’a kepada Allah agar cepat-cepat diberikan.” Sambung Tiara.
          Aryani hanya bisa terdiam dan merenungkan diri ditempat itu. Tiba-tiba Tiara beranjak pergi dari tempat itu, mungkin karena dia tau jika Aryani ingin ditinggal seorang diri. Tak terasa sudah pukul 22.30. Aryani pun segera beranjak pergi dari ruang tengah itu dan langsung menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar Aryani segera memasukan buku-buku pelajaran untuk hari esok. Sudah satu jam ia berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi ia tak berhasil juga, kemudian diambilnya sebuah buku untuk dibacanya, mungkin saja ia bisa tertidur. Tak lama kemudian Aryani pun tertidur pulas.
          Mentari mulai menyongsong dari ufuk timur. Tetapi Aryani belum juga terbangun dari tidurnya. Tiara pun segera membangunkan Aryani, kalau saja tidak bisa-bisa Aryani terlambat datang ke sekolah. Aryani pun segera bangkit dan disambarnya handuk dan segera pergi ke kamar mandi. Setelah itru pun ia segera memakai seragamnya dan segera bergegas ke ruang makan.
          “Kamu beli makanan ini dimana, Ra?” Tanya Aryani.
          “Tiara yang memasak sendiri kok mbak, kebetulan tadi dikulkas ada bahan makanan yang tersisa. Ya terus Tiara masak saja.” Sahut Tiara.
          “Emang kamu bisa masak?” ujar Aryani.
          “bisa dong mbak.” Jawab Tiara.
          Aryani hanya memakan sedikit makanan yang ada dimeja tersebut.
          “Mbak berangkat dulu ya.”ujar Aryani.
          “Loh tapi mbak, ini kan. . .”
          Belum saja Tiara berbicara sampai selesai, sudah dipotong terlebih dahulu oleh Aryani.
          “Sudah terlambat nih.” Teriak Aryani yang segera pergi dari tempat itu. Karena waktu terbatas Aryani  terpaksa untuk menaiki bus. Sebab, sepeda kesayangan Aryani bannya bocor. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumah Aryani tidak terlalu jauh, tetapi karena Aryani takut terlambat ke sekolah, jadi dia terpaksa untuk menaiki bus. Ini bukan kali pertamanya Aryani naik bus untuk berangkat ke sekolah, jadi dia tak asing lagi dengan suasana bus yang sangat sumpek, panas dan padat. Bahkan tak jarang juga kejahatan kriminal bisa terjadi di bus.
          Setiba di sekolah, ia baru saja ingat kalau hari ini hari senin. Pasti saja ada acara rutin yang wajib untuk dilaksanakan, yaitu upacara. Ketika Aryani akan ke lapangan ia baru teringat bahwa ada sesuatu yang aneh pada dirinya . Dipandang teman-teman yang lain, ternyata ia lupa tidak membawa topi, disitu Aryani tampak sangat panik. Untunglah waktu itu ada teman sekelas Aryani yang mendekati dirinya, dia adalah Rio.
          “Ada apa Aryani? Kelihatannya kamu kok panik begitu?” Tanya Rio.
          “Ehm. . . Ehm. . . E. . .” balas Aryani.
          Hanya kata “ehm” yang keluar dari mulut Aryani.
          “Ada apa?” sambung Rio.
          “A…a….  Aku lupa bawa topi.” Sahut Aryani.
          “Aku bawa dua. Bagaimana kamu maminjam topi milikku atau tidak?” Tanya Rio lagi.
          Hanya anggukan kepala yang Aryani lakukan, tapi itu cukup menandakan bahwa ia mau meminjam topi milik Rio. Kemudian diambilah topi milik Rio itu dan diserahkan kepada Aryani. Mereka pun segera bergegas untuk ke lapangan. Upacara berjalan sangat lancar dan hikmat. Sehabis pulang sekolah Aryani pun segera mengembalikan topi milik Rio.
          “Ini Rio topi milik kamu. Terima kasih banyak ya.” Ujar Aryani.
          “Ya sama-sama Aryani.” Balas Rio.
          “Ehm… Ehm…. Ehm…. Cie … cie…. Cie …. Ada apa nih Aryani sama Rio?” ujar salah satu teman sekelas mereka.
          “Ada apa sih kalian semua? Aku itu Cuma ngembaliin topi milik Rio.” Balas Aryani.
          “Ngembaliin atau ngembaliin?” timpal salah satu siswa.
          Dengan raut wajah merah merona, Aryani segera meninggalkan tempat itu. Sesampainya di rumah ia segera masuk ke kamarnya dan merenungkan kejadian tadi di sekolah, tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu. Tak lama kemudian Aryani pun segera sholat dhuhur, karena ia baru sadar bahwa ia belum sholat. Setelah itu pun Aryani segera ke ruang makan karena perutnya terasa sangat lapar, tetapi ia tidak menemukan apa-apa di meja makan ataupun di kulkas. Dicari-carinya Tiara didalam rumah, tetapi Tiara tidak ketemu juga. Aryani pun hanya duduk diruang makan, tak lama kemudian Tiara pun datang.
          “Mbak sudah menunggu Tiara lama ya ?” Tanya tiara.
          “Tidak terlalu lama kok.” Balas Aryani.
          “Maaf ya mbak, tadi Tiara habis belanja, soalnya tidak ada bahan makanan untuk dimasak.” Jelas Tiara.
          “Aduh Tiara, tidak apa-apa kok. Seharusnya mbak yang minta maaf sama kamu. Karena mbak, kamu jadi susah kaya begini dan maaf juga ya, karena mbak tidak bisa bantu kamu memasak soalnya mbak tidak bisa masak sih. “ ujar Aryani.
          “Iya mbak tidak apa-apa kok. Sesama saudara kan seharusnya saling membantu satu sama lain. Ya sudah, mendingan mbak duduk saja dulu.” Lanjut Tiara.
          Tiara pun mengeluarkan barang belanjaannya dan mulai memasak. Waktu itu Aryani memandang-mandangi wajah Tiara. Aryani juga heran dengan Tiara, kenapa Tiara mau menutup kepalanya dengan sehelai kian itu. Tapi jika dilihat baik-baik, Tiara memang gadis yang cantik, baik, penurut, pintar, soleha ditambah lagi dengan kerudungnya benar-benar wanita yang mendekati sempurna. Tiba-tiba segelintir pertayaan keluar dari mulut Aryani.
          “Sampai kapan kamu mau memakai kerudung, Ra?” Tanya Aryani.
          “Selamanya!” tegas Tiara.
          Jawaban yang sangat singkat. Padat dan jelas dan membuat Aryani terkejut dan terheran-heran dengan jawaban Tiara.
          “Emang ada apa?” Tanya Tiara.
          “Ohh tidak apa-apa. Seandainya  kamu jadi artis atau modeling kamu mau tidak, tapi kamu hrus melepas jilbab kamu?” Tanya Tiara.
          “Tidaklah mbak.”
          “Loh, kenapa? Itu kan rejeki buat kamu.”
          “Kalau rejeki itu tidak bakalan lari kemana-mana mbak. Memangnya ada apa sih mbak, kok mbak tanya-tanya seperti itu?” sambung Tiara.
          “Tidak apa-apa. Sudah lanjutin saja masaknya nanti hangus loh masakannya.” Suruh Aryani.
          Makanan telah siap saji di meja makan. Merekapun segera memakan makanan itu secara bersama sama di ruang makan.
          Tidak terasa sudah tiga hari Tiara berada di rumah Aryani. Sesuai dengan dengan kesepakatan semula, Tiara hanya menemani Aryani selama tiga hari saja. Meskipun orang tua Aryani belum pulang, tetapi Tiara harus pulang ke Pekalongan. Siang itu Aryani membantu Tiara untuk berbenah. Sebenarnya juga Tiara masih ingin tinggal di rumah itu. Tetapi, karena Tiara harus melanjutkan sekolahnya yang sudah tertinggal selama tiga hari dan ia harus tetap pulang, biar saja nanti saat liburan tiba, Tiara yang berlibur ke Jakarta saja. Dengan berat hati, Aryani pun mengantar Tiara untuk ke terminal. Sebelum Tiara menaiki bus, Aryani dan Tiara berpelukan terlebih dahulu. Suasana haru pun terjadi di sana.
          “Tiara, jaga baik-baik dirimu selama diperjalanan. Jangan lupa beri kabar sama mbak kalau kamu sudah sampai di pekalongan. Oh ya, salam juga buat bulek, paklek dan Angga di rumah.” Ujar Aryani.
          “Baik mbak. Oh ya mbak, simpan baik-baik gelang ini. Meskipun gelang ini bukan gelang asli. Tapi, anggaplah gelang ini sebagai kenang-kenangan dari Tiara.” Ujar Tiara.
          “ Baik, Ra. Maaf juga ya, mbak tidak bisa member kamu apa-apa dan maaf juga selama ini mbak sudah banyak ngerepotin kamu. Hati-hati Tiara.”
          Air mata pun tumpah dari kedua mata merekayang tak kuasa menahannya. Aryani pun melambaikan tangan kepada Tiara. Tiara pun membalas dengan hal yang sama. Bus melaju dan bergegas meninggalkan terminal. Setelah itu pun Aryani pulang ke rumah. Suasana rumah menjadi sunyi, tiada lagi canda tawa dari Tiara yang menghiasi rumah tersebut. Aryani segera memasuki kamarnya, sehabis sholat Ashar Aryani langsung menonton televisi di ruang tengah. Ketika Aryani sedang asyik-asyik menonton televisi, tiba-tiba terdengar ada suara orang yang mengetuk pintu. Aryani pun segera membukakan pintu tersebut. Aryani sangat lah terkejut dengan kedatangan orang tersebut, ternyata itu adalah kedua orang tuanya. Aryani pun segera memeluk dan mencium tangan kedua orang tuanya.
          “Ayah . . . Ibu . . .”
          “Bagaimana kabar kamu, Nak?” ujar ibu.
          “Alhamdulillah, Aryani baik-baik saja kok “ ujar Aryani.
          “Ohh . . . syukurlah” tukas ayah.
          Bagaiman dengan kabar ayah dan ibu?” tanya Aryani
          “Alhamdulillah, ayah dan ibu baik-baik saja kok” ujar ayah.
          Mereka bertiga pun segera ke ruang tengah dan menceritakan kejadian ayah dan ibu selama di rumah nenek dan selama Aryani ditinggal di rumah bersama Tiara.
          “Bu, tadi siang Tiara sudah pulang ke Pekalongan.” Ujar Aryani.
          “Benarkah? Wah ibu belum sempat bertemu dengan Tiara dong.” Ucap ibu.
          “Yah, bagaimana dengan kabar nenek?” tanya Aryani.
          “nenek sudah lumayan membaik kok.” Jawab ayah.
          “Ohh. Lah mas Nino pulangnya kapan?” tanya Aryani.
          “kalau tidak salah sih besok.” Jawab ibu.
          “Benarkah itu, Bu? Ya sudah Aryani mau ke kamar terlebih dahulu ya.”
          “Ya” ujar ibu.
          Tepat pukul 21.00 Aryani baru selesai belajar ilmu ekomoni. Setelah itu Aryani segera membaca novel yang dipinjannya dari Rio tadi siang. Aryani juga sebenarnya heran dengan tingkah laku Rio akhir-akhir ini dengan dirinya, yang menjadi sangat baik, perhatiaan dan sangatlah ramah dengan dirinya. Apakah Rio . . . “Akh itu semua sangat mustahil.” Bisik Aryani dalam hati. “Tok. . . tok . . .tok . . .” suara itu mengagetkan dirinya yang sedang asyik-asyik membaca novel.
          “Siapa?” tanya Yani dari dalam kamar.
          “Bolehkah masuk?” tanya orang diluar.
          “Masuk saja, toh pintunya tidak tidak dikunci.” Ujar Aryani.
          Aryani pun segera menolah ke belakang. Tak disangka, ternyata orang itu adalah mas Nino. Mas Nino segera memeluk erat-erat adiknya  untuk melepas rasa kangen kepada adik kesayangannya itu.
          “Loh, mas Nino kok sudah pulang? Kata ibu mas pulangnya kan besok.” Tanya Aryani.
          “Mas kan sudah kangen sama adik mas ini, yang sangat cerewet, bawel, bandel dan nyebelin ini.” Tukas mas Nino.
          “Ikh, mas Nino, biasa aja kali. Gak usah berlebihan kaya gitu.” Ujar Aryani.
          “ He . . . he . . . he . . . he . . . Just kidding Yani.”
          Cukup lama kakak-adik itu mengobrol satu sama lain. Mungkin sudah satu minggu mereka tidak berjumpa. Ditengah-tengah obrolan mereka tiba-tiba mas Nino memutus obrolan kea rah yang lain.
          “Ohh ya Yani, besok mas mau bawa teman mas ke rumah dan mau mas kenalin ke kamu.” Ujar mas Nino.
          “Siapa mas? Cowok atau cewek? Hayooo pasti pacarnya mas ya?” ledek Aryani.
          “Rahasia dong. Lihat saja besok.” Ujar mas Nino.
          “Dihhh, mas Nino. Kaya gitu banget sih sama adiknya.” Paksa Yani.
          “Sudah malam nih, sudah kamu tidur dulu.” Ujar mas Nino.
          Tiba-tiba Aryani melempar bantal guling tepat disasaran tubuh Masnya itu. Mas Nino pun tak pedulikan itu, karena itu sudah hal yang biasa Yani lakukan. Aryani memang sangat manja dengan masnya itu.
          Siang  itu Aryani diantar pulang oleh Rio. Karena masnya tak kunjung datang menjemputnya. Terpaksa Aryani haru membonceng Rio. Sebelum Rio pulang, Aryani mengeluarkan novel dari dalam tasnya yang dipinjamnya kemarin dari Rio. Tak sengaja mas Nino melihat adik kesayangannya itu diantar pulang oleh Rio. Setelah Aryani masuk ke dalam rumah, ia pun jadi bahan ledekan masnya itu. Tapi kali ini Aryani tidak jengkel dengan ledekan dari masnya itu. Masnya pun merasa bahwa dirinya dicuekin oleh adiknya. Aryani pun segera mengganti seragamnya itu dan lekas-lekas makan siang. Setelah Aryani makan siang, ia diajak keluar oleh mas Nino, disitu Aryani diperkenalkan sama teman mas Nino  yang sudah dijanjikan tadi makam.
          “Perasaan Aryani pernah bertemu dengan orang itu deh mas. Tapi dimana dan kapan ya, Aryani pernah ketemu?”, bisik Aryani kepada masnya.
          “Benarkah?”, tanya mas Nino.
          “Ya. . . tapi siapa ya? Ohh ya, Aryani baru saja teringat. Waktu itu Aryani pernah bertemu dengan orang itu di terminal, waktu nungguin  Tiara.”, ujar Aryani.
          “Benar kalian pernah bertamu?”, tanya mas Nino.
          “Ya.”, jawab lelaki itu
          Ternyata orang yang ditemui Aryani di terminal adalah mas Ray. Mas Ray adalah teman mas Nino. Tapi waktu petualangan mas Ray tidak ikut. Tiba-tiba handphone Aryani bergetar, ternyata sms dari Tiara. Sebenarnya Tiara sudah sampai di Pekalongan tadi malam, tetpi ia baru sempat memberikan kabar.
          Sebulan kemudian Ayani mendapat brosur  lomba modeling dari sekolah untuk tingkat SMA, tetapiu persyaratannya harus memakai busana muslim dan memakai kerudung. Sebenarnya Aryani tidak ada niatan untuk mengikuti lomba tersebut, tapi karena desakan dari kedua orang tua Aryani dan mas Nino, akhirnya pun Aryani mengikuti lomba tersebut.
          Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Aryani datang kesana diantar oleh ibu dan mas Nino. Saat itu Aryani sangatlah gugup, tetapi karena ditemani oleh ibu dan masnya tercinta ia pun bisa melewati rasa gugupnya itu.
          Jantung Aryani berdebar sangat kencang, karena pada waktu itu adalah detik-detik yang paling mendebarkan, karena pada waktu itu akan dibacakan pemenangnya. Keringat dingin pun keluar mengucur. Tetapi usaha Aryani tidak sia-sia. Ia mendapatkan juara dua. Aryani pun tak kuasa menahan air matanya, begitu pun dengan ibu dan masnya. Ia pun segera sujud syukur dipanggung. Ini merupakan kebanggan tersendiri buat Aryani. Kemudian mas Nino memberi tau kabar kepada ayah tentang kemenangan Aryani. Rencananya juga setelah ini kelurga Aryani akan menggelar tasyakuran kecil-kecilan di rumah, dan setelah mengadakan tasyakuran Aryani dan keluarga akan pergi ke Pekalongan. Ke rumah Tiara.
          Setelah sampai rumah, Aryani sepakat bahwa dirinya akan menggunakan kerudung untuk seterusnya. Tiba-tiba suara telepon bordering. Aryani pun segera mengagkat telepn tersebut. Ternyata telepon itu dari bulek Marni. Bulek Marni memberikan kabar bahwa Tiara sudah meninggal. Tiara meninggal karena terserempat truk waktu sedang mengendarai sepeda motor ketika menuju ke pasar. Aryani pun jatuh terjerembab di lantai dan telepon yang berada digenggaman tangannya terjatuh. Sontak ibu, ayah dan mas Nino pun terkaget.
          “Ada apa Aryani?”, tanya ibu.
          “Yani, ada dek? Kamu kenapa?”, tanya mas Nino.
          “Ti. . . ti. . .tiara.”, sambung Aryani.
          “Tiara kenapa?”, tanya ayah panic.
          “Tiara terserempat truk dan meninggal.”, ujar Aryani.
          “Inalillahi wainailahirojiun.”
           Tangis pun pecah dirumah itu. Semuanya tak menyangka dengan apa yang terjadi dengan Tiara. Mereka pun segera berangkat le Pekalongan neskipun mlam-malam.
          Sesampainya disana Aryani jatuh terjerembab dilantai. Aryani melihat mayat Tiara yang sudah terbujur kaku.
          “Tiara bangun, Ra. Ini mbak, bangun. Lihat mbak sekarang, lihat. Mbak sudah seperti kamu. Ayo bangun.”, tangis Aryani pun pecah.
          “Sudah Aryani, ikhlaskan saja Tiara. Jangan kamu tangisi dia. Nanti dia tidak tenang disana.”, bujuk bulek Marni.
          “Yni sudah, kamu menangis lagi. Jenazah Tiara akan segera dimandikan.”, ujar mas Rio.
          Setelah dimandikan, jenazah Tiara pun disholatkan dan rencananya akan segera dimakamkan pukul 10.00 pagi, di TPU terdekat. Menurut tradisi jawa, jika ada orang yang meninggal, maka kaum wanita dilarang untuk ikut ke makam. Ayah, ibu, mas Nino dan Aryani rencananya akan tinggal di rumah bulek Marni terlebih dahulu.
          “Baik Tiara, mbak Yani akan menjadi wanita sepertimu. Mbak persembahkan ini untuk kamu.”, bisik Aryani dalam hati.
          Setelah tiba di Jakarta, Aryani menjalani hari-harinya iti dan masih tetap memakai jilbab.
Saudaraku, Inspirasiku
Windriani Budiningsih 8D
           
Dilihat arloji ditangan kirinya, ternyata sudah pukul 15.50 Aryani menunggu ditempat itu. Ditunggu-tunggunya kedatangan Tiara, tetapi sudah satu jam lamanya tiara tak kunjung dating juga. Sebenarnya Aryani sudah ingin pergi dari tempat itu, karena sudah terlalu lama menunggu dan ia menjadi sangat bosan, tetapi Aryani juga bingung dan khawatir jika Aryani pergi dari tempat itu. Nanti bagaimana dengan Tiara, jika Tiara mencari-cari dirinya. Karena Tiara baru saja dating ke Jakarta dan belum tau seluk-beluk kota Jakarta. Tiara adalah siswa kelas 1 SMA disalah satu SMA di Pekalongan. Waktu Aryani sedang menunggu Tiara, tiba-tiba datang seorang laki-laki berjaket hitam dan bercelana hitam panjang dengan memakai topi. Jika dilihat dari usianya sih 20 tahun ke atas. Kemudian laki-laki itu duduk disamping Aryani, senyum manis mengembang dari bibirnya. Dikeluarkan satu bungkus roti dari tasnya kemudian ditawarkan kepada Aryani.
          “Apakah Adik ingin roti ini?”, Tanya laki-laki itu pada Aryani.
          “Oh tidak, terima kasih.”, Balas Aryani.
          Lelaki itu pun segera memasukan kembali rotinya kedalam tas. Mungkin karena dia merasa malu atau tidak enak jika dia yang memakan rotinya sendirian. Suasana hening tercipta ditempat itu. Tak lama kemudian, lelaki itu mengajak berbicara dengan Aryani. Sebenarnya Aryani merasa canggung dan sangat bingung, karena ia tidak terbiasa berbicara dengan orang yang belum ia kenal. Jika Aryani tak menjawab dikira ia cewek yang sombong. Akhirnya, ia pun menjawab ala kadarnya saja. Setelah sekain lama akhirnya Aryani beranjak pergi dari tempat itu, biar saja nanti Aryani yang memberikan alamat rumahnya kepada Tiara melalui telepon. Dengan rasa hormat Aryani kepada lelaki itu, ia pun memohon diri untuk pergi.
          “Mari, saya tinggal terlebih dahulu.”, Ujar Aryani.
          “Oh iya, apa perlu saya antar?”, Tanya lelaki itu.
          “Oh tidak, terima kasih.”, Jawab Aryani.
          Aryani pun cepat-cepat bergagas dari tempat itu dan meninggalkan lelaki itu disana. Baru 5 langkah ia beranjak dari tempat itu, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil dirinya. Aryani pun berfikir, perasaan tidak ada seorang pun disana kecuali lelaki itu. Tetapi, lelaki itu juga belum tau tentang dirinya dan namanya. Ia pun segera menengok ke belakang, dari mana sumber suara itu berasal. Tak disangka ternyata orang itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya selama satu jam penuh in, Ia adalah Tiara.
          ‘Mbak Yani!” teriak Tiara
          “Hai Tiara!!! Bagaimana kabar kamu. Mbak sudah menunggumu di tempat ini sudah satu jam lamanya. Tidak terjadi apa-apa kan dengan kamu. Kenapa kamu tidak member kabar sama mbak?” Tanya Aryani cemas.
          “Alhamdulillah baik, mbak. Maaf Tiara tidak bisa memberi kabar sama mbak. Karena HP Tiara mati dan selama diperjalanan ada sedikat gangguan dengan bus yang Tiara naiki.” jawab Tiara.
          “Syukurlah, tidak terjadi apa-apa dengan kamu. Mbak lihat kamu sangat lelah. Bagaimana kalau kita bicarakan sesampainya di rumah nanti saja.” Ujar Aryani.
          “Baik mbak.”
          Sehabis salat isya’ Aryani dan Tiara berkumpul di ruang tengah. Mereka berdua saling berbagi cerita satu sama lain. Tiara adalah anak dari buleknya Aryani. Tiara datang ke Jakarta karena disuruh oleh ibu dan ayah Aryani untuk  menemani Aryani di rumah. Karena, ibu dan ayah Aryani sedang menjenguk nenek Aryani yang sedang  sakit, ditambah lagi dengan mas Nino yang sedang melaksanakan tugas bersama teman-tamannya untuk berpetualang. Tiara pu terpaksa untuk meminta izin kepada sekolah untuk tidak berangkat sekolah selama tiga hari. Hanya bulek Marni lah saudara yang ibu punya, jika terjadi apa-apa hanya minta bantuan sama bulek Marni. Kebetulan bulek Marni punya anak perempuan yang seusia dengan Aryani, ia adalah Tiara. Aryani dan Tiara hanya berbeda satu setengah tahun. Sebenarnya bulek Marni punya dua orang anak, mereka adalah Tiara dan Angga. Angga adalah adik laki-laki Tiara. Tiba-tiba Aryani melontarkan pertanyaan kepada Tiara.
          “Ra, kenapa sih kamu mau memakai jilbab seperti itu?” Tanya Aryani.
          “Mbak, bukankah bagi wanita muslimah yang sudah balig itu diwajibkan untuk memakai jilbab dan bukankah yan diwajibkan itu harus dilaksanakan dan jika dilanggar itu berdosa? Mbak, wanita yang memakai jilbab itu wanita yang mulia dan lebih dipandang terhormat. Apa mbak tidak ingin dibilang wanita yang terhormat? Mbak itu sudah cantik, pintar, dan baik, sayang sekali kulau mbak tidak memakai jilbab.
          “Nih ya, mbak. Jika mbak disuruh memilih diantara dua roti. Roti yang satu dijual dipinggir jalan dan roti itu tidak dibungkus dengan wadah yang bagus, sudah terkena debu bahkan kotoran yang tercemar. Mungkin juga sudah pernah dipilih-pilih oleh pembeli sebelumnya, tidak dijamin kebersihan dan kualitasnya dan harganya pun sangatlah murah. Coba dibandingkan dengan roti yang satunya lagi, berada ditoko yang mewah, dibungkus dengan wadah yang sangat bagus, belum pernah ada yang memilih-milih roti itu karena dijamin kualitas dan kebersihannya dan satu lagi harganya tak murah, harganya sangatlah mahal, tak sembarang orang bisa membeli roti itu hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya. Nah mbak pilih yang mana? Pasti mbak pilih roti yang kedua bukan?. . .
          “Itulah mbak, cara agama islam memperlakukan kaum wanita dan hanya itu saja yang bisa Tiara jelaskan. Mengenai ini mbak bisa tanyakan langsung kepada orang yang lebih mengetahuinya.”
          “Tapi bukankah orang yang sudah memakai jilbab itu orang yang sudah mendapat hidayah  dari Allah.?” Lanjut Aryani
          “Oleh karena itu, mbak harus berdo’a kepada Allah agar cepat-cepat diberikan.” Sambung Tiara.
          Aryani hanya bisa terdiam dan merenungkan diri ditempat itu. Tiba-tiba Tiara beranjak pergi dari tempat itu, mungkin karena dia tau jika Aryani ingin ditinggal seorang diri. Tak terasa sudah pukul 22.30. Aryani pun segera beranjak pergi dari ruang tengah itu dan langsung menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar Aryani segera memasukan buku-buku pelajaran untuk hari esok. Sudah satu jam ia berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi ia tak berhasil juga, kemudian diambilnya sebuah buku untuk dibacanya, mungkin saja ia bisa tertidur. Tak lama kemudian Aryani pun tertidur pulas.
          Mentari mulai menyongsong dari ufuk timur. Tetapi Aryani belum juga terbangun dari tidurnya. Tiara pun segera membangunkan Aryani, kalau saja tidak bisa-bisa Aryani terlambat datang ke sekolah. Aryani pun segera bangkit dan disambarnya handuk dan segera pergi ke kamar mandi. Setelah itru pun ia segera memakai seragamnya dan segera bergegas ke ruang makan.
          “Kamu beli makanan ini dimana, Ra?” Tanya Aryani.
          “Tiara yang memasak sendiri kok mbak, kebetulan tadi dikulkas ada bahan makanan yang tersisa. Ya terus Tiara masak saja.” Sahut Tiara.
          “Emang kamu bisa masak?” ujar Aryani.
          “bisa dong mbak.” Jawab Tiara.
          Aryani hanya memakan sedikit makanan yang ada dimeja tersebut.
          “Mbak berangkat dulu ya.”ujar Aryani.
          “Loh tapi mbak, ini kan. . .”
          Belum saja Tiara berbicara sampai selesai, sudah dipotong terlebih dahulu oleh Aryani.
          “Sudah terlambat nih.” Teriak Aryani yang segera pergi dari tempat itu. Karena waktu terbatas Aryani  terpaksa untuk menaiki bus. Sebab, sepeda kesayangan Aryani bannya bocor. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumah Aryani tidak terlalu jauh, tetapi karena Aryani takut terlambat ke sekolah, jadi dia terpaksa untuk menaiki bus. Ini bukan kali pertamanya Aryani naik bus untuk berangkat ke sekolah, jadi dia tak asing lagi dengan suasana bus yang sangat sumpek, panas dan padat. Bahkan tak jarang juga kejahatan kriminal bisa terjadi di bus.
          Setiba di sekolah, ia baru saja ingat kalau hari ini hari senin. Pasti saja ada acara rutin yang wajib untuk dilaksanakan, yaitu upacara. Ketika Aryani akan ke lapangan ia baru teringat bahwa ada sesuatu yang aneh pada dirinya . Dipandang teman-teman yang lain, ternyata ia lupa tidak membawa topi, disitu Aryani tampak sangat panik. Untunglah waktu itu ada teman sekelas Aryani yang mendekati dirinya, dia adalah Rio.
          “Ada apa Aryani? Kelihatannya kamu kok panik begitu?” Tanya Rio.
          “Ehm. . . Ehm. . . E. . .” balas Aryani.
          Hanya kata “ehm” yang keluar dari mulut Aryani.
          “Ada apa?” sambung Rio.
          “A…a….  Aku lupa bawa topi.” Sahut Aryani.
          “Aku bawa dua. Bagaimana kamu maminjam topi milikku atau tidak?” Tanya Rio lagi.
          Hanya anggukan kepala yang Aryani lakukan, tapi itu cukup menandakan bahwa ia mau meminjam topi milik Rio. Kemudian diambilah topi milik Rio itu dan diserahkan kepada Aryani. Mereka pun segera bergegas untuk ke lapangan. Upacara berjalan sangat lancar dan hikmat. Sehabis pulang sekolah Aryani pun segera mengembalikan topi milik Rio.
          “Ini Rio topi milik kamu. Terima kasih banyak ya.” Ujar Aryani.
          “Ya sama-sama Aryani.” Balas Rio.
          “Ehm… Ehm…. Ehm…. Cie … cie…. Cie …. Ada apa nih Aryani sama Rio?” ujar salah satu teman sekelas mereka.
          “Ada apa sih kalian semua? Aku itu Cuma ngembaliin topi milik Rio.” Balas Aryani.
          “Ngembaliin atau ngembaliin?” timpal salah satu siswa.
          Dengan raut wajah merah merona, Aryani segera meninggalkan tempat itu. Sesampainya di rumah ia segera masuk ke kamarnya dan merenungkan kejadian tadi di sekolah, tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu. Tak lama kemudian Aryani pun segera sholat dhuhur, karena ia baru sadar bahwa ia belum sholat. Setelah itu pun Aryani segera ke ruang makan karena perutnya terasa sangat lapar, tetapi ia tidak menemukan apa-apa di meja makan ataupun di kulkas. Dicari-carinya Tiara didalam rumah, tetapi Tiara tidak ketemu juga. Aryani pun hanya duduk diruang makan, tak lama kemudian Tiara pun datang.
          “Mbak sudah menunggu Tiara lama ya ?” Tanya tiara.
          “Tidak terlalu lama kok.” Balas Aryani.
          “Maaf ya mbak, tadi Tiara habis belanja, soalnya tidak ada bahan makanan untuk dimasak.” Jelas Tiara.
          “Aduh Tiara, tidak apa-apa kok. Seharusnya mbak yang minta maaf sama kamu. Karena mbak, kamu jadi susah kaya begini dan maaf juga ya, karena mbak tidak bisa bantu kamu memasak soalnya mbak tidak bisa masak sih. “ ujar Aryani.
          “Iya mbak tidak apa-apa kok. Sesama saudara kan seharusnya saling membantu satu sama lain. Ya sudah, mendingan mbak duduk saja dulu.” Lanjut Tiara.
          Tiara pun mengeluarkan barang belanjaannya dan mulai memasak. Waktu itu Aryani memandang-mandangi wajah Tiara. Aryani juga heran dengan Tiara, kenapa Tiara mau menutup kepalanya dengan sehelai kian itu. Tapi jika dilihat baik-baik, Tiara memang gadis yang cantik, baik, penurut, pintar, soleha ditambah lagi dengan kerudungnya benar-benar wanita yang mendekati sempurna. Tiba-tiba segelintir pertayaan keluar dari mulut Aryani.
          “Sampai kapan kamu mau memakai kerudung, Ra?” Tanya Aryani.
          “Selamanya!” tegas Tiara.
          Jawaban yang sangat singkat. Padat dan jelas dan membuat Aryani terkejut dan terheran-heran dengan jawaban Tiara.
          “Emang ada apa?” Tanya Tiara.
          “Ohh tidak apa-apa. Seandainya  kamu jadi artis atau modeling kamu mau tidak, tapi kamu hrus melepas jilbab kamu?” Tanya Tiara.
          “Tidaklah mbak.”
          “Loh, kenapa? Itu kan rejeki buat kamu.”
          “Kalau rejeki itu tidak bakalan lari kemana-mana mbak. Memangnya ada apa sih mbak, kok mbak tanya-tanya seperti itu?” sambung Tiara.
          “Tidak apa-apa. Sudah lanjutin saja masaknya nanti hangus loh masakannya.” Suruh Aryani.
          Makanan telah siap saji di meja makan. Merekapun segera memakan makanan itu secara bersama sama di ruang makan.
          Tidak terasa sudah tiga hari Tiara berada di rumah Aryani. Sesuai dengan dengan kesepakatan semula, Tiara hanya menemani Aryani selama tiga hari saja. Meskipun orang tua Aryani belum pulang, tetapi Tiara harus pulang ke Pekalongan. Siang itu Aryani membantu Tiara untuk berbenah. Sebenarnya juga Tiara masih ingin tinggal di rumah itu. Tetapi, karena Tiara harus melanjutkan sekolahnya yang sudah tertinggal selama tiga hari dan ia harus tetap pulang, biar saja nanti saat liburan tiba, Tiara yang berlibur ke Jakarta saja. Dengan berat hati, Aryani pun mengantar Tiara untuk ke terminal. Sebelum Tiara menaiki bus, Aryani dan Tiara berpelukan terlebih dahulu. Suasana haru pun terjadi di sana.
          “Tiara, jaga baik-baik dirimu selama diperjalanan. Jangan lupa beri kabar sama mbak kalau kamu sudah sampai di pekalongan. Oh ya, salam juga buat bulek, paklek dan Angga di rumah.” Ujar Aryani.
          “Baik mbak. Oh ya mbak, simpan baik-baik gelang ini. Meskipun gelang ini bukan gelang asli. Tapi, anggaplah gelang ini sebagai kenang-kenangan dari Tiara.” Ujar Tiara.
          “ Baik, Ra. Maaf juga ya, mbak tidak bisa member kamu apa-apa dan maaf juga selama ini mbak sudah banyak ngerepotin kamu. Hati-hati Tiara.”
          Air mata pun tumpah dari kedua mata merekayang tak kuasa menahannya. Aryani pun melambaikan tangan kepada Tiara. Tiara pun membalas dengan hal yang sama. Bus melaju dan bergegas meninggalkan terminal. Setelah itu pun Aryani pulang ke rumah. Suasana rumah menjadi sunyi, tiada lagi canda tawa dari Tiara yang menghiasi rumah tersebut. Aryani segera memasuki kamarnya, sehabis sholat Ashar Aryani langsung menonton televisi di ruang tengah. Ketika Aryani sedang asyik-asyik menonton televisi, tiba-tiba terdengar ada suara orang yang mengetuk pintu. Aryani pun segera membukakan pintu tersebut. Aryani sangat lah terkejut dengan kedatangan orang tersebut, ternyata itu adalah kedua orang tuanya. Aryani pun segera memeluk dan mencium tangan kedua orang tuanya.
          “Ayah . . . Ibu . . .”
          “Bagaimana kabar kamu, Nak?” ujar ibu.
          “Alhamdulillah, Aryani baik-baik saja kok “ ujar Aryani.
          “Ohh . . . syukurlah” tukas ayah.
          Bagaiman dengan kabar ayah dan ibu?” tanya Aryani
          “Alhamdulillah, ayah dan ibu baik-baik saja kok” ujar ayah.
          Mereka bertiga pun segera ke ruang tengah dan menceritakan kejadian ayah dan ibu selama di rumah nenek dan selama Aryani ditinggal di rumah bersama Tiara.
          “Bu, tadi siang Tiara sudah pulang ke Pekalongan.” Ujar Aryani.
          “Benarkah? Wah ibu belum sempat bertemu dengan Tiara dong.” Ucap ibu.
          “Yah, bagaimana dengan kabar nenek?” tanya Aryani.
          “nenek sudah lumayan membaik kok.” Jawab ayah.
          “Ohh. Lah mas Nino pulangnya kapan?” tanya Aryani.
          “kalau tidak salah sih besok.” Jawab ibu.
          “Benarkah itu, Bu? Ya sudah Aryani mau ke kamar terlebih dahulu ya.”
          “Ya” ujar ibu.
          Tepat pukul 21.00 Aryani baru selesai belajar ilmu ekomoni. Setelah itu Aryani segera membaca novel yang dipinjannya dari Rio tadi siang. Aryani juga sebenarnya heran dengan tingkah laku Rio akhir-akhir ini dengan dirinya, yang menjadi sangat baik, perhatiaan dan sangatlah ramah dengan dirinya. Apakah Rio . . . “Akh itu semua sangat mustahil.” Bisik Aryani dalam hati. “Tok. . . tok . . .tok . . .” suara itu mengagetkan dirinya yang sedang asyik-asyik membaca novel.
          “Siapa?” tanya Yani dari dalam kamar.
          “Bolehkah masuk?” tanya orang diluar.
          “Masuk saja, toh pintunya tidak tidak dikunci.” Ujar Aryani.
          Aryani pun segera menolah ke belakang. Tak disangka, ternyata orang itu adalah mas Nino. Mas Nino segera memeluk erat-erat adiknya  untuk melepas rasa kangen kepada adik kesayangannya itu.
          “Loh, mas Nino kok sudah pulang? Kata ibu mas pulangnya kan besok.” Tanya Aryani.
          “Mas kan sudah kangen sama adik mas ini, yang sangat cerewet, bawel, bandel dan nyebelin ini.” Tukas mas Nino.
          “Ikh, mas Nino, biasa aja kali. Gak usah berlebihan kaya gitu.” Ujar Aryani.
          “ He . . . he . . . he . . . he . . . Just kidding Yani.”
          Cukup lama kakak-adik itu mengobrol satu sama lain. Mungkin sudah satu minggu mereka tidak berjumpa. Ditengah-tengah obrolan mereka tiba-tiba mas Nino memutus obrolan kea rah yang lain.
          “Ohh ya Yani, besok mas mau bawa teman mas ke rumah dan mau mas kenalin ke kamu.” Ujar mas Nino.
          “Siapa mas? Cowok atau cewek? Hayooo pasti pacarnya mas ya?” ledek Aryani.
          “Rahasia dong. Lihat saja besok.” Ujar mas Nino.
          “Dihhh, mas Nino. Kaya gitu banget sih sama adiknya.” Paksa Yani.
          “Sudah malam nih, sudah kamu tidur dulu.” Ujar mas Nino.
          Tiba-tiba Aryani melempar bantal guling tepat disasaran tubuh Masnya itu. Mas Nino pun tak pedulikan itu, karena itu sudah hal yang biasa Yani lakukan. Aryani memang sangat manja dengan masnya itu.
          Siang  itu Aryani diantar pulang oleh Rio. Karena masnya tak kunjung datang menjemputnya. Terpaksa Aryani haru membonceng Rio. Sebelum Rio pulang, Aryani mengeluarkan novel dari dalam tasnya yang dipinjamnya kemarin dari Rio. Tak sengaja mas Nino melihat adik kesayangannya itu diantar pulang oleh Rio. Setelah Aryani masuk ke dalam rumah, ia pun jadi bahan ledekan masnya itu. Tapi kali ini Aryani tidak jengkel dengan ledekan dari masnya itu. Masnya pun merasa bahwa dirinya dicuekin oleh adiknya. Aryani pun segera mengganti seragamnya itu dan lekas-lekas makan siang. Setelah Aryani makan siang, ia diajak keluar oleh mas Nino, disitu Aryani diperkenalkan sama teman mas Nino  yang sudah dijanjikan tadi makam.
          “Perasaan Aryani pernah bertemu dengan orang itu deh mas. Tapi dimana dan kapan ya, Aryani pernah ketemu?”, bisik Aryani kepada masnya.
          “Benarkah?”, tanya mas Nino.
          “Ya. . . tapi siapa ya? Ohh ya, Aryani baru saja teringat. Waktu itu Aryani pernah bertemu dengan orang itu di terminal, waktu nungguin  Tiara.”, ujar Aryani.
          “Benar kalian pernah bertamu?”, tanya mas Nino.
          “Ya.”, jawab lelaki itu
          Ternyata orang yang ditemui Aryani di terminal adalah mas Ray. Mas Ray adalah teman mas Nino. Tapi waktu petualangan mas Ray tidak ikut. Tiba-tiba handphone Aryani bergetar, ternyata sms dari Tiara. Sebenarnya Tiara sudah sampai di Pekalongan tadi malam, tetpi ia baru sempat memberikan kabar.
          Sebulan kemudian Ayani mendapat brosur  lomba modeling dari sekolah untuk tingkat SMA, tetapiu persyaratannya harus memakai busana muslim dan memakai kerudung. Sebenarnya Aryani tidak ada niatan untuk mengikuti lomba tersebut, tapi karena desakan dari kedua orang tua Aryani dan mas Nino, akhirnya pun Aryani mengikuti lomba tersebut.
          Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Aryani datang kesana diantar oleh ibu dan mas Nino. Saat itu Aryani sangatlah gugup, tetapi karena ditemani oleh ibu dan masnya tercinta ia pun bisa melewati rasa gugupnya itu.
          Jantung Aryani berdebar sangat kencang, karena pada waktu itu adalah detik-detik yang paling mendebarkan, karena pada waktu itu akan dibacakan pemenangnya. Keringat dingin pun keluar mengucur. Tetapi usaha Aryani tidak sia-sia. Ia mendapatkan juara dua. Aryani pun tak kuasa menahan air matanya, begitu pun dengan ibu dan masnya. Ia pun segera sujud syukur dipanggung. Ini merupakan kebanggan tersendiri buat Aryani. Kemudian mas Nino memberi tau kabar kepada ayah tentang kemenangan Aryani. Rencananya juga setelah ini kelurga Aryani akan menggelar tasyakuran kecil-kecilan di rumah, dan setelah mengadakan tasyakuran Aryani dan keluarga akan pergi ke Pekalongan. Ke rumah Tiara.
          Setelah sampai rumah, Aryani sepakat bahwa dirinya akan menggunakan kerudung untuk seterusnya. Tiba-tiba suara telepon bordering. Aryani pun segera mengagkat telepn tersebut. Ternyata telepon itu dari bulek Marni. Bulek Marni memberikan kabar bahwa Tiara sudah meninggal. Tiara meninggal karena terserempat truk waktu sedang mengendarai sepeda motor ketika menuju ke pasar. Aryani pun jatuh terjerembab di lantai dan telepon yang berada digenggaman tangannya terjatuh. Sontak ibu, ayah dan mas Nino pun terkaget.
          “Ada apa Aryani?”, tanya ibu.
          “Yani, ada dek? Kamu kenapa?”, tanya mas Nino.
          “Ti. . . ti. . .tiara.”, sambung Aryani.
          “Tiara kenapa?”, tanya ayah panic.
          “Tiara terserempat truk dan meninggal.”, ujar Aryani.
          “Inalillahi wainailahirojiun.”
           Tangis pun pecah dirumah itu. Semuanya tak menyangka dengan apa yang terjadi dengan Tiara. Mereka pun segera berangkat le Pekalongan neskipun mlam-malam.
          Sesampainya disana Aryani jatuh terjerembab dilantai. Aryani melihat mayat Tiara yang sudah terbujur kaku.
          “Tiara bangun, Ra. Ini mbak, bangun. Lihat mbak sekarang, lihat. Mbak sudah seperti kamu. Ayo bangun.”, tangis Aryani pun pecah.
          “Sudah Aryani, ikhlaskan saja Tiara. Jangan kamu tangisi dia. Nanti dia tidak tenang disana.”, bujuk bulek Marni.
          “Yni sudah, kamu menangis lagi. Jenazah Tiara akan segera dimandikan.”, ujar mas Rio.
          Setelah dimandikan, jenazah Tiara pun disholatkan dan rencananya akan segera dimakamkan pukul 10.00 pagi, di TPU terdekat. Menurut tradisi jawa, jika ada orang yang meninggal, maka kaum wanita dilarang untuk ikut ke makam. Ayah, ibu, mas Nino dan Aryani rencananya akan tinggal di rumah bulek Marni terlebih dahulu.
          “Baik Tiara, mbak Yani akan menjadi wanita sepertimu. Mbak persembahkan ini untuk kamu.”, bisik Aryani dalam hati.
          Setelah tiba di Jakarta, Aryani menjalani hari-harinya iti dan masih tetap memakai jilbab.