Satya Witoelar (Foto: Yoga/ okezone)
Sebelum pencinta jejaring sosial berbasis lokasi mengenal Foursquare, Indonesia juga mempunyai layanan sejenis yang tidak jauh berbeda, yaitu Koprol. Dibangun oleh Satya Witoelar, bersama kawannya Fajar dan Daniel, Koprol tidak hanya berkembang di tanah air tapi hingga ke dunia.
Simak wawancara okezone dengan salah satu pendiri Koprol Satya Witoelar, mengenai lika-liku perjalanan situs jejaring sosial ini mulai dari awal hingga dikenal sampai ke seluruh dunia, terutama saat diakuisisi oleh Yahoo.
Bagaimana sejarah proses mendirikan Koprol ini?
Awalnya, kawan saya, co-founder, yang namanya Fajar dan Daniel ini punya perusahaan, namanya Skyeight. Dia sudah doing good mengerjakan proyek-proyek software biasa, lalu ingin mengerjakan proyek sampingan yang bukan untuk layanan, tapi untuk diri sendiri saja. Dibuat untuk orang Indonesia, jadi tidak ditujukan khusus untuk smartphone.
Jadi awalnya bukan untuk tujuan bisnis, tapi hanya portfolio saja. Ternyata ini mendapat sambutan baik sekali dari rekan-rekan pers, juga komunitas atau geek-nya. Zaman itu, sekitar tahun 2009, Facebook sedang menjadi mainstream, jadinya kita ikut terbawa. Awalnya tidak ada niat untuk membuat proyek ini sebagai sumber penghasilan, tapi tentunya kami ingin proyek ini bisa jalan sendiri.
Lalu soal ide untuk membuat jejaring sosial berbasis lokasi, bagaimana caranya bisa mendapat ide seperti itu?
Ide berbasis lokasi ini berawal dari keinginan kita membuat sesuatu yang mobile. Lagi-lagi, ini cara berpikir seorang developer, bukan bussinessman. Kalau orang bisnis mencari celah yang bisa raih keuntungan, kita tidak. Kita berpikir, apa sih yang bisa dikembangkan.
Kami maunya mobile, lalu waktu itu sedang tren social network. Dari situ saja, kemudian kita berpikirmobile, social network, Indonesia banget. Kalau cuma mobile dan social network, saat itu sudah ada di Amerika, misalnya Brightkite, Loop, dan lain-lain.
Bedanya orang Indonesia itu terbuka banget dalam socialize. Jadi kalau orang Amerika bikin Facebook atau Myspace untuk update teman, orang kita malah memakainya untuk mencari teman baru. Jadi kita bikin Koprol berbasis lokasi dan kita bisa ngobrol dengan orang yang mengaku berada di lokasi sama.
Di Koprol juga ada komunitas. Ajaibnya, komunitas-komunitas di Koprol sampai membuat logo sendiri, juga punya waktu-waktu tertentu untuk kopi darat.
Soal akuisisi Yahoo, sejarahnya bagaimana?
Akuisisi itu di bulan mei 2010, lebih dari setahun setelah Koprol dibuat. Karena bermula dari iseng, kita tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
Tidak lama setelah launching, banyak investor yang datang. Kami kaget juga. Kami tidak langsung menyetujui tawaran-tawaran investasi itu. Kami ingin produk kami bisa berjalan sejauh yang dia mampu.
Waktu Yahoo datang, mungkin dia sudah pihak ke 10. Awalnya kita tidak langsung menyatakan setuju. Kita pikir-pikir dari semua yang datang, Yahoo berbeda. Ini adalah perusahaan yang sudah tahu bagaimana mengurus produk untuk jutaan orang. Dia juga tidak membeli produk ini untuk dileburkan ke dalam produknya yang lain.
Yahoo melihat pada keunikan produknya. Karena produk ini memang kita desain untuk orang Indonesia, produk seperti ini tidak tidak kepikiran oleh orang Amerika.
Bagaimana dengan inovasi-inovasi baru untuk Koprol?
Sejak kita gabung dengan Yahoo ada banyak sekali inovasi. Saya bisa kasih beberapa highlight saja. Misalnya awa tahun ini kita meluncurkan Koprol for Business. Ini sudah kami rencanakan sebelum akuisisi, tapi baru kesampaian. jadi bisnis kecil, siapapun bisa gratis mempunyai hlaman, di bisa klaim lokasi dia di Koprol dan ngobrol dengan pengunjungnya. Ada 3.000 bisnis account sejak kami buka. Kita tidak memberikan fitur untuk e-commerce, tapi lebih mengedepankan conversation.
Tinggal bagaimana pengguna memanfaatkan platform kami. Fiturnya banyak, seperti statistik untuk mengetahui ada berapa banyak pengunjung, bisa ganti wallpaper juga.
Setiap bulan selalu ada fitur baru. Kedua stamps, ini untuk meningkatkan sosialisasi penggunanya. Kalo di sosial network lain ada badges atau award kalau kita melakukan sesuatu.
Ini beda, jadi kalau kita aktif, nanti akan dapet stamp atau label. Misalnya Cool, Sexy, atau Awesome. Tapi ini harus ditempel ke user lainnya, bukan untuk dia. Bisa kasih ke temennya, orang yang belum kenal, atau lagi pedekate, dan sebagainya. Dia juga tidak bisa milih dapat stamp apa. Ini yang bikin fun dan membuat hubungan antar user jadi lebih hangat.
Selanjutnya kita ada fitur untuk Android, dan yang paling baru itu fitur untuk Blackberry Messenger 6. Smartphone ini kan sesuai dengan pasar Indonesia. Di fitur untuk blackberry tersebut, yang paling menyenangkan itu adalah kita bisa chat langsung dengan orang sekitar lewat BBM, ini tanpa harus tukeran PIN. Jadi bisa ada informasi soal lokasi yang relevan, tapi tanpa mengusik privasi. Sekarang kita lagi ngomongin BBM6 tapi di ruang meeting sana-sini sedang menyiapkan langkah selanjutnya.
User Koprol sendiri bagaimana perkembangannya?
Ketika diakuisisi Yahoo, waktu itu user Koprol sedang naik-naiknya, sekitar 75.000. Sekarang usernya sudah berkembang sekira 1.500.000 orang, tapi yang paling kita banggakan adalah user nambah dan inovasi jalan terus. Yang asik itu, bedanya Indonesia dengan negara lain, user-nya nambah terus. Sekarang kita masih berlomba menggaet user-user baru. (tyo)
Simak wawancara okezone dengan salah satu pendiri Koprol Satya Witoelar, mengenai lika-liku perjalanan situs jejaring sosial ini mulai dari awal hingga dikenal sampai ke seluruh dunia, terutama saat diakuisisi oleh Yahoo.
Bagaimana sejarah proses mendirikan Koprol ini?
Awalnya, kawan saya, co-founder, yang namanya Fajar dan Daniel ini punya perusahaan, namanya Skyeight. Dia sudah doing good mengerjakan proyek-proyek software biasa, lalu ingin mengerjakan proyek sampingan yang bukan untuk layanan, tapi untuk diri sendiri saja. Dibuat untuk orang Indonesia, jadi tidak ditujukan khusus untuk smartphone.
Jadi awalnya bukan untuk tujuan bisnis, tapi hanya portfolio saja. Ternyata ini mendapat sambutan baik sekali dari rekan-rekan pers, juga komunitas atau geek-nya. Zaman itu, sekitar tahun 2009, Facebook sedang menjadi mainstream, jadinya kita ikut terbawa. Awalnya tidak ada niat untuk membuat proyek ini sebagai sumber penghasilan, tapi tentunya kami ingin proyek ini bisa jalan sendiri.
Lalu soal ide untuk membuat jejaring sosial berbasis lokasi, bagaimana caranya bisa mendapat ide seperti itu?
Ide berbasis lokasi ini berawal dari keinginan kita membuat sesuatu yang mobile. Lagi-lagi, ini cara berpikir seorang developer, bukan bussinessman. Kalau orang bisnis mencari celah yang bisa raih keuntungan, kita tidak. Kita berpikir, apa sih yang bisa dikembangkan.
Kami maunya mobile, lalu waktu itu sedang tren social network. Dari situ saja, kemudian kita berpikirmobile, social network, Indonesia banget. Kalau cuma mobile dan social network, saat itu sudah ada di Amerika, misalnya Brightkite, Loop, dan lain-lain.
Bedanya orang Indonesia itu terbuka banget dalam socialize. Jadi kalau orang Amerika bikin Facebook atau Myspace untuk update teman, orang kita malah memakainya untuk mencari teman baru. Jadi kita bikin Koprol berbasis lokasi dan kita bisa ngobrol dengan orang yang mengaku berada di lokasi sama.
Di Koprol juga ada komunitas. Ajaibnya, komunitas-komunitas di Koprol sampai membuat logo sendiri, juga punya waktu-waktu tertentu untuk kopi darat.
Soal akuisisi Yahoo, sejarahnya bagaimana?
Akuisisi itu di bulan mei 2010, lebih dari setahun setelah Koprol dibuat. Karena bermula dari iseng, kita tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
Tidak lama setelah launching, banyak investor yang datang. Kami kaget juga. Kami tidak langsung menyetujui tawaran-tawaran investasi itu. Kami ingin produk kami bisa berjalan sejauh yang dia mampu.
Waktu Yahoo datang, mungkin dia sudah pihak ke 10. Awalnya kita tidak langsung menyatakan setuju. Kita pikir-pikir dari semua yang datang, Yahoo berbeda. Ini adalah perusahaan yang sudah tahu bagaimana mengurus produk untuk jutaan orang. Dia juga tidak membeli produk ini untuk dileburkan ke dalam produknya yang lain.
Yahoo melihat pada keunikan produknya. Karena produk ini memang kita desain untuk orang Indonesia, produk seperti ini tidak tidak kepikiran oleh orang Amerika.
Bagaimana dengan inovasi-inovasi baru untuk Koprol?
Sejak kita gabung dengan Yahoo ada banyak sekali inovasi. Saya bisa kasih beberapa highlight saja. Misalnya awa tahun ini kita meluncurkan Koprol for Business. Ini sudah kami rencanakan sebelum akuisisi, tapi baru kesampaian. jadi bisnis kecil, siapapun bisa gratis mempunyai hlaman, di bisa klaim lokasi dia di Koprol dan ngobrol dengan pengunjungnya. Ada 3.000 bisnis account sejak kami buka. Kita tidak memberikan fitur untuk e-commerce, tapi lebih mengedepankan conversation.
Tinggal bagaimana pengguna memanfaatkan platform kami. Fiturnya banyak, seperti statistik untuk mengetahui ada berapa banyak pengunjung, bisa ganti wallpaper juga.
Setiap bulan selalu ada fitur baru. Kedua stamps, ini untuk meningkatkan sosialisasi penggunanya. Kalo di sosial network lain ada badges atau award kalau kita melakukan sesuatu.
Ini beda, jadi kalau kita aktif, nanti akan dapet stamp atau label. Misalnya Cool, Sexy, atau Awesome. Tapi ini harus ditempel ke user lainnya, bukan untuk dia. Bisa kasih ke temennya, orang yang belum kenal, atau lagi pedekate, dan sebagainya. Dia juga tidak bisa milih dapat stamp apa. Ini yang bikin fun dan membuat hubungan antar user jadi lebih hangat.
Selanjutnya kita ada fitur untuk Android, dan yang paling baru itu fitur untuk Blackberry Messenger 6. Smartphone ini kan sesuai dengan pasar Indonesia. Di fitur untuk blackberry tersebut, yang paling menyenangkan itu adalah kita bisa chat langsung dengan orang sekitar lewat BBM, ini tanpa harus tukeran PIN. Jadi bisa ada informasi soal lokasi yang relevan, tapi tanpa mengusik privasi. Sekarang kita lagi ngomongin BBM6 tapi di ruang meeting sana-sini sedang menyiapkan langkah selanjutnya.
User Koprol sendiri bagaimana perkembangannya?
Ketika diakuisisi Yahoo, waktu itu user Koprol sedang naik-naiknya, sekitar 75.000. Sekarang usernya sudah berkembang sekira 1.500.000 orang, tapi yang paling kita banggakan adalah user nambah dan inovasi jalan terus. Yang asik itu, bedanya Indonesia dengan negara lain, user-nya nambah terus. Sekarang kita masih berlomba menggaet user-user baru. (tyo)