welcome to SMP 3 Sragi

Selamat datang di blog SMP 3 Sragi

Blog ini kami tujukan bagi anda yang ingin mengakses informasi yang berkaitan dengan SMP 3 Sragi, meliputi informasi akademis, non akademis maupun informasi lainnya

Gunakan kesempatan ini untuk dapat berpartisipasi dalam membangun SMP 3 Sragi menuju ke sekolah yang lebih maju dan lebih berprestasi

Selamat bergabung bersama kami

Rabu, 16 Maret 2011

10 Gempa Terbesar Sepanjang Sejarah

USGS: Ini 10 Gempa Terbesar Sepanjang Sejarah
Gempa Jepang 9,0 SR adalah keempat terbesar dalam sejarah. Gempa Aceh di urutan ketiga.


Gempa bumi mengguncang Jepang (AP Photo/ Kyodo News)

VIVAnews -- Jumat 11 Maret 2011, Jepang dilanda gempa dahsyat yang disusul tsunami yang menyapu wilayah pesisir. Sekitar 10.000 orang diperkirakan tewas.
Awalnya, Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan, gempa yang mengguncang Jepang berkekuatan 8,9 skala Richter. Namun belakangan, USGS merevisi kekuatan gempa menjadi 9,0 skala Richter.

Selain USGS, Badan Meteorologi Jepang juga merevisi kekuatan gempa menjadi 9,0 SR. Gempa ini tercatat sebagai gempa terbesar keempat sepanjang sejarah, sejak tahun 1900.

Berikut gempa terbesar sepanjang sejarah menurut USGS:

1. Gempa Chile, 22 Maret 1960 (9,5 SR)
Gempa dengan kekuatan 9,5 SR mengguncang Chile pada 22 Mei 1960. Sebanyak 1.655 orang terbunuh. Tsunami yang diakibatkan gempa ini juga menewaskan 68 orang di Hawaii, 138 orang di Jepang, dan 32 orang di Filipina.

2. Prince William Sound, Alaska, 28 Maret 1964 (9,2 SR)
Gempa berkekuatan 9,2 SR mengguncang Alaska pada 28 Maret 1964. 15 orang tewas akibat gempa, sedangkan 113 orang tewas akibat tsunami.

3. Gempa Aceh, 26 Desember 2004 (9,1 SR)
Gempa 9,1 SR terjadi di Aceh, Indonesia pada 26 Desember 2004. Gempa itu mengakibatkan tsunami dahsyat yang menewaskan 230.000 orang di beberapa belahan dunia. Gempa paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah.

4. Gempa di dekat perairan Honshu, Jepang, 11 Maret 2011 (9,0 SR)
Gempa menimbulkan tsunami yang menggulung pesisir Jepang. Sekitar 10.000 orang diperkirakan tewas. Tsunami juga mengakibatkan reaktor nuklir meledak. Pukulan terbesar bagi Jepang paska Perang Dunia II.

5. Gempa Kamchatka, 4 November 1952 (9,0 SR)
Hawaii, 4 November 1952, terjadi gempa berkekuatan 9,0 SR. Untungnya, tak ada yang tewas dalam musibah ini.

6. Gempa di Chile, 27 Februari 2010 (8,8 SR)
Gempa dengan kekuatan 8,8 Skala Richter pada tanggal 27 Februari 2010 di lepas pantai Concepción, Chile. Konstruksi dan sistem peringatan dini yang baik jadi faktor mengapa korban jiwa kurang dari 1.000 orang.

7. Gempa Ekuador, 31 Januari 1906 (8,8 SR)
Gempa dengan kekuatan 8,8 SR terjadi di Ekuador pada 31 Januari 1906. Gempa itu menimbulkan tsunami yang membunuh 1.500 orang di Ekuador dan Kolombia.

8. Gempa di Rat Islands, Alaska, 4 Februari 1965 (8,7 SR)
Gempa 8,7 SR terjadi di Alaska pada 4 Februari 1965. Tak dilaporkan adanya korban jiwa.

9. Gempa Sumatera, 28 Maret 2005 (8,6 SR)
Gempa dengan kekuatan 8,6 SR mengguncang Indonesia pada 28 Maret 2005. Lebih dari 1.300 orang tewas. Getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya

10. Gempa Assam, Tibet, 15 Agustus 1950 (8,6 SR)
Gempa berkekuatan 8,6 SR mengguncang Tibet pada 15 Agustus 1950. Sebanyak 780 tewas.

Gempa Jepang

Gempa Jepang Berdampak Pada Bumi : Waktu Rotasi Sehari Bumi Semakin Cepat

Waktu Rotasi Sehari Bumi Semakin Cepat Beberapa Mikro Detik
Waktu Rotasi Sehari Bumi Semakin Cepat Beberapa Mikro Detik
Metrotainment.net – Gempa dahsyat yang melanda Jepang hari Jumat, 11 Maret 2011 tidak hanya berdampak pada porak-porandanya beberapa wilayah di negeri sakura tersebut namun untuk bumi secara umumnya.
Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter tersebut memperpendek waktu rotasi bumi dalam satu hari.
Sebuah analisis dari kejadian tersebut menyatakan bahwa waktu sehari bumi berkurang sekitar 1,8 mikro detik  demikian analisis yang diberikan ahli geofisika Richard Gross di Laboratorium Pengembangan NASA di Pasadena, California.
Sedangkan gempa berskala 8,8 skala Richter yang terjadi di Chilli mempercepat rotasi bumi dan memendekkan waktu sehari bumi sebanyak 1,26 mikro detik.
Hal ini didukung dari data baru tentang bagaimana gempa dahsyat tersebut menyebabkan distribusi massa yang besar di bumi. Satu mikro detik setara dengan seperjuta detik. Gempa dahsyat seperti ini bukan pertama kalinya yang merubah jangka waktu sehari bumi. Gempa besar lain sudah pernah melanda bumi dan mengubah sumbu bumi.
Gross juga mengungkapkan, perubahan ini tidak hanya disebabkan gempa besar saja. Gempa susulan juga dapatmengubah waktu rotasi. “Gempa susulan juga bisa mengubah waktu rotasi. Namun karena kekuatan gempa susulan lebih kecil, pengaruhnya juga lebih kecil,” jelasnya seperti dilansir oleh Kompas.
Foto Satelit Sebelum-Sesudah Gempa dan Tsunami Jepang
Foto Satelit Sebelum-Sesudah Gempa dan Tsunami Jepang
Apapun yang berdampak pada distribusi massa Bumi akan berdampak pada rotasi. Gempa dilaporkan mempercepat sedikit gerakan rotasi bumi yang biasanya sekitar 1.604 km/jam.
“Dengan merubah distribusi massa bumi, gempa di Jepang menyebabkan rotasi bumi menjadi lebih cepat dan memperpendek waktu sehari bumi”, jelas Gross seperti dilansir SPACE.com.
Hal tersebut dikarenakan gempa merubah sumbu rotasi bumi sebanyak 25 cm sehingga rotasi bumi semakin cepat. Hal juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Institut Nasional Geofisika dan Kegunungapian (INGV).
“Dua puluh lima cm itu tampak besar kalau terlihat pada penggaris. Namun, kalau Anda melihat pada skala Bumi keseluruhan, itu pastinya sangat kecil,” kata geolog Universitas Torronto, Andrew Miall, seperti dilansir web National Post Kanada dan dikutip oleh Kompas.
Para ahli mengungkapkan bahwa dampak dari getaran gempa di Jepang terhadap sumbu rotasi bumi lebih signifikan dibandingkan gempa yang terjadi di Sumatera tahun 2004. Saat itu sumbu bumi hanya bergeser sebanyak 7 cm dan gempa di Chili lalu menggeser sumbu bumi sebanyak 8 cm.
Pergeseran sumbu bumi merupakan hal yang biasa terjadi bila suatu pergerakan lempeng bumi terjadi secara tiba-tiba. Hal ini disetujui oleh seorang ahli astrofisika Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy yakni Johny Setiawan.
“Bumi, kan, bagian luarnya terdiri dari lempengan-lempengan. Kalau lempengannya bergeser, sumbunya juga bergeser karena distribusi materi dan titik beratnya juga bergeser,” ujar Johny seperti dilansir Kompas
Gerak Presesi disebabkan gravitasi Matahari dan Bulan
Gerak Presesi disebabkan gravitasi Matahari dan Bulan
Johny juga menjelaskan kejadian pergeseran sumbu bumi dengan mengumpamakan bumi sebagai sebuah gasing yang berputar dan sumbunya berubah setiap waktu.
Gerak perubahan sumbu Bumi disebut Gerak Presesi. Penyebab gerakan ini adalah adanya gravitasi Matahari dan Bulan.
Secara kebetulan, bulan saat ini juga sedang bergerak ke posisi perigee atau jarak terdekat dengan Bumi yang akan terjadi 16 Maret 2011 mendatang sehingga distribusi massa di permukaan Bumi juga akan berubah.
Disisi lain gempa dan tsunami yang melanda Jepang menyebabkan pergeseran pulau Honshu yakni pulau terbesar di Jepang sejauh delapan kaki atau sekitar 2,4 meter dari keadaan semula. Data ini dikeluarkan oleh US Geological Survey (USGS) seperti dilansir oleh Kompas.
Seorang ahli seismologi, dari USGS, Paul Earle mengungkapkan jarak pergeseran tersebut masuk akal dan pergeseran yang serupa juga terjadi pada wilayah yang terkena gempa dan tsunami dahsyat seperti di Indonesia maupun Chili.
(Kartika Maharani)

Rabu, 09 Maret 2011

Pengumuman

daftar hadir les TIK menyesuaikan jadwal ujian praktik.
Bagi siswa yang ujian praktik TIK hari Jum'at agar hadir di les TIK pada hari Kamis jam 14.30 WIB
Bagi siswa yang ujian praktik TIK hari Sabtu agar hadir di les TIK pada hari Jum'at jam 14.30 WIB
Bagi siswa yang ujian praktik TIK hari Senin agar hadir di les TIk pada hari Sabtu jam 14.30 WIB
Bagi siswa yang ujian praktik TIK hari Selasa agar hadir di les TIK pada hari Senin jam 14.30 WIB
dan seterusnya sampai Ujian Praktik Selesai
Khusus kelas 9E agar hadir di les TIK pada hari Minggu jam 14.30 WIB
Untuk kelas VII dan VIII, jadwal les TIK ditiadakan dahulu karena digunakan untuk latihan kelas 9 

Terima kasih atas perhatiannya.

tertanda
Guru Mata Pelajaran

Dedi Tumeika, S.Pd

Minggu, 06 Maret 2011

Peneliti NASA Temukan Bukti Alien di Meteor

Peneliti NASA Temukan Bukti Alien di Meteor

Fosil bakteri di meteorit
VIVAnews - Ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat), Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup dalam meteorit. Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim  bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu.
Seperti dilansir CBSNews.com, Minggu 6 Maret 2011, Hoover menuliskan bukti itu dalam jurnal terbaru, Journal of Cosmogoly edisi Maret 2011. Hoover berpendapat bahwa hasil uji pada koleksi sembilan meteorit yang dinamakan CI1 Meteorit Carbonaceous, itu menunjukkan bahwa ada bakteri yang berasal dari daerah asal meteor.
"Filamen kompleks yang ditemukan di dalam meteorit CI1 Carbonaceous menunjukkan ada mikrofosil bakteri 'pribumi' dari cyanobacteria," kata Hoover dalam tulisannya.
Cyanobacteria merupakan bakteri biru-hijau yang masuk golongan bakteri autotrof fotosintetik. Dia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari secara kimia.
Menurut Hoover, materi yang ditemukan yang dideteksi sebagai cyanobacteria itu kemungkinan besar menunjukkan adanya kehidupan mahkluk hidup di luar bumi. Dan Hoover tidak menampik bahwa itu adalah kesimpulan akhir dari penelitiannya.
Sontak saja kesimpulan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan ilmuwan. Tetapi, kesimpulan Hoover ini memperkuat bukti adanya kehidupan di luar bumi. Setelah sebelumnya sejumlah ahli menegaskan bahwa ada unsur air dalam meteorit.
Sementara, News.com.au menulis, penelitian yang dilakukan Hoover ini hanya melalui proses yang sangat sederhana. Batu meteor itu disimpan dalam tempat yang steril sebelum diuji. Pengujian dilakukan dengan alat-alat standar peneliti: mikroskop elektron dan emisi elektron mikroskop.
Hasilnya, Hoover menemukan mikroogranisme yang jenisnya tidak jauh berbeda dengan salah satu jenis bakteri biasa yang ada di bumi. "Hal yang menarik adalah, fosil-fosil itu bentuknya mudah dikenali dan jenisnya sangat dekat dengan yang ada di bumi," kata Hoover.

Rabu, 02 Maret 2011

Observatorium Tertua Ada di Korea

Observatorium Tertua Ada di Korea
LIFEINKOREA.COM Observatorium Cheomseongdae di Korea.
KOMPAS.com — Cheomseongdae tercatat dalam sejarah sebagai peninggalan Dinasti Shilla pada awal abad ke-7. Terletak di kota Gyeongju, Korea Selatan, Cheomseongdae merupakan tempat pengamatan bintang (observatorium) tertua sekaligus satu dari sedikit observatorium kuno yang tersisa di dunia. Buku Rekor Dunia resmi mencantumkannya sebagai bangunan observatorium tertua yang masih tegak berdiri.
Bangunan yang terbuat dari batu itu dibangun pada masa pemerintahan Ratu Seondeok. Bangunannya yang masih berdiri sampai sekarang menjadi warisan kebudayaan bangsa Korea dan salah satu obyek wisata menarik di Korea Selatan.
Konstruksi Cheomseongdae diduga sengaja didesain sedemikian rupa berdasarkan filosofi-filosofi khusus. Bagian alas yang tersusun atas 12 balok batu, 12 tingkat pada tangga pintu masuk, dan 12 lapis di bagian bawah jendela tampaknya melambangkan ke-12 bulan dalam tahun. Jumlah batu untuk menyusun menara utama, 365 buah, menandakan jumlah hari dalam satu tahun Masehi.
Sebagian besar peneliti setuju akan status Cheomseongdae sebagai observatorium. Hal itu dikarenakan catatan-catatan sejarah di Korea, Jepang, dan China yang mendukung. Peneliti modern pertama yang meninjau Cheomseongdae, Tadashi Sekino, menyimpulkan bahwa Cheomseongdae adalah observatorium walaupun strukturnya ganjil.
Ahli meteorologi dari Jepang, Yuji Wada, yang mulai meneliti di lokasi Cheomseongdae tahun 1909 meyakinkan bahwa Cheomseongdae adalah observatorium. Pengamatan astronomi dilakukan dengan mata telanjang dengan alat-alat seperti gnomon. Tentunya penghitungan-penghitungan khusus dilakukan dengan bantuan kalender.
Menurut penelitian pula, bangunan ini selama ratusan tahun dipakai para astronom kerajaan untuk mempelajari pergerakan bintang dan planet serta memperkirakan gerhana bulan dan matahari.
Kemudian setelah diinterpretasi, hasilnya dilaporkan kepada raja atau ratu untuk membantu mereka mengambil keputusan dalam upaya memperkuat otoritas kerajaan serta meningkatkan kualitas taraf kehidupan. Selain itu, Cheomseongdae dipercaya pula membantu menyingkapkan pemahaman rakyat pada zaman itu mengenai surga dan kuasa ilahi. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)
Sumber :
National Geographic Indonesia